kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.249   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.047   42,07   0,60%
  • KOMPAS100 1.029   8,11   0,79%
  • LQ45 786   6,95   0,89%
  • ISSI 231   0,98   0,43%
  • IDX30 406   4,77   1,19%
  • IDXHIDIV20 470   5,25   1,13%
  • IDX80 116   1,04   0,90%
  • IDXV30 117   1,12   0,96%
  • IDXQ30 131   1,74   1,35%

China Perlu Tambah Stimulus Fiskal Hingga US$ 209 Miliar


Jumat, 11 Juli 2025 / 22:39 WIB
China Perlu Tambah Stimulus Fiskal Hingga US$ 209 Miliar
ILUSTRASI. A woman wearing a mask walks past the headquarters of the People's Bank of China, the central bank, in Beijing, China, as the country is hit by an outbreak of the new coronavirus, February 3, 2020. REUTERS/Jason Lee/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Para akademisi, ekonom, termasuk penasihat bank sentral China, mendorong pemerintah China menambah stimulus fiskal sebesar 1 triliun hingga 1,5 triliun yuan, atau mencapai US$ 209 miliar. Dana ini akan digunakan untuk mendorong konsumsi rumahtangga dan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan tarif Amerika Serikat.

Dalam laporan yang dirilis Jumat (11/7), Huang Yiping, anggota Komite Kebijakan Moneter People's Bank of China (PBOC), bersama Guo Kai, mantan pejabat PBOC, dan Alfred Schipke dari East Asian Institute Universitas Nasional Singapura, menyebut ekonomi China mengalami gangguan baru sejak April. 

Gangguan tersebut berasal dari kenaikan tarif impor AS dan tekanan deflasi yang terus berlanjut. "Untuk menghadapi tantangan yang terus berkembang ini, China harus menerapkan pendekatan kontra-siklus yang lebih agresif untuk menjaga pertumbuhan yang stabil, sambil mendorong reformasi struktural secara lebih tegas," tulis mereka, seperti dikutip Bloomberg.

Baca Juga: BYD dan Cherry Diduga Tilep Dana Subsidi Pemerintah China

Ketiganya merekomendasikan agar pemerintah China mempertimbangkan paket stimulus tambahan 1 triliun hingga 1,5 triliun yuan dalam 12 bulan ke depan. Dana tersebut untuk mendorong konsumsi rumahtangga dan mengurangi dampak tarif AS sebesar 20%–30%. 

Usulan ini jauh lebih besar dibanding yang direncanakan pemerintah tahun ini, yakni 300 miliar yuan. Stimulus tersebut akan didanai lewat obligasi khusus.

Sektor properti China masih mengalami deflasi dan pelaku usaha menurunkan harga demi mempertahankan pendapatan. Huang dan koleganya melihat masih ada ruang bagi PBOC untuk memangkas suku bunga dan mendorong perbankan menurunkan Loan Prime Rate (LPR). 

Mereka juga menyarankan PBOC menjaga fleksibilitas yuan agar menyerap guncangan eksternal ke depan. Untuk jangka panjang, tim meminta penambahan basis pajak penghasilan pribadi dan struktur PPN.

Selanjutnya: Penyaluran KUR Semester I Mencapai Rp 131,84 Triliun Sasar Petani Tebu dan Properti

Menarik Dibaca: Lakukan Kolaborasi, KAI Hadirkan Karakter Si Jumbo di Layanan Kereta Api




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×