kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.517.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.999   -70,00   -0,44%
  • IDX 7.325   -69,45   -0,94%
  • KOMPAS100 1.108   -12,29   -1,10%
  • LQ45 866   -9,18   -1,05%
  • ISSI 225   -1,80   -0,79%
  • IDX30 443   -4,72   -1,05%
  • IDXHIDIV20 533   -5,21   -0,97%
  • IDX80 126   -1,29   -1,01%
  • IDXV30 131   -0,17   -0,13%
  • IDXQ30 147   -1,21   -0,81%

Akhir Nasib Presiden Korsel Yoon Suk Yeol: Dari Darurat Militer Hingga Dilengserkan


Minggu, 15 Desember 2024 / 08:07 WIB
Akhir Nasib Presiden Korsel Yoon Suk Yeol: Dari Darurat Militer Hingga Dilengserkan
ILUSTRASI. Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol


Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada Sabtu (14/12), yang menskorsnya dari tugas resminya sebagai presiden, mengakhiri 11 hari krisis politik yang mengguncang Negeri Gingseng. Krisis politik dipicu keputusan Yoon yang mengejutkan untuk memberlakukan darurat militer.

Berikut adalah peristiwa-peristiwa penting dari darurat militer hingga pemakzulan:

- 3 Desember: Sesaat sebelum pukul 10:30 malam (1330 GMT), Yoon menyatakan di televisi nasional bahwa ia memberlakukan darurat militer untuk membasmi "kekuatan anti-negara" dan mengatasi kebuntuan politik.

Satu jam kemudian militer mengeluarkan dekrit yang melarang aktivitas oleh partai politik dan anggota parlemen, dan pasukan serta polisi menyerbu parlemen yang dikuasai oposisi. Para staf menggunakan barikade dan alat pemadam kebakaran untuk menangkal tentara operasi khusus yang datang dengan helikopter dan memecahkan jendela saat mereka memasuki gedung parlemen.

Anggota parlemen melompati pagar untuk menghindari barikade keamanan dan kerumunan pengunjuk rasa berkumpul.

Baca Juga: Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Menyatakan Bakal Mengundurkan Diri

- 4 Desember: Menentang perintah militer, 190 anggota parlemen pada dini hari dengan suara bulat memilih untuk menolak deklarasi Yoon dan pasukan mulai pergi.

Sekitar tiga setengah jam kemudian, Yoon memberikan pidato di televisi lagi, mengumumkan bahwa ia akan mencabut darurat militer. Keputusan itu berlaku selama sekitar enam jam.

Partai oposisi mengajukan mosi untuk memakzulkan Yoon.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell mengatakan Yoon "salah menilai" keputusannya untuk menyatakan darurat militer, yang "sangat bermasalah" dan "tidak sah."

- 5 Desember: Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang merupakan partai pendukung Yoon, meskipun terbagi, memutuskan untuk menentang pemakzulannya.

Yoon menerima pengunduran diri Menteri Pertahanan Kim Yong-hyun. Polisi menyelidiki Yoon, Kim, dan menteri dalam negeri atas tuduhan pengkhianatan dan kejahatan terkait dengan deklarasi darurat militer setelah partai oposisi dan aktivis mengajukan pengaduan.

- 6 Desember: Pemimpin PPP Han Dong-hoon mengatakan Yoon harus disingkirkan dari kekuasaan karena mencoba memberlakukan darurat militer. Beberapa anggota partai mendesak Yoon untuk mengundurkan diri.

- 7 Desember: Yoon menyampaikan permintaan maaf kepada rakyat, dengan mengatakan bahwa ia akan menyerahkan nasibnya di tangan PPP tetapi tidak mengatakan bahwa ia akan mengundurkan diri.

Pemungutan suara untuk memakzulkan Yoon gagal karena PPP memboikot, sehingga parlemen tidak mencapai kuorum.

Baca Juga: Presiden Korsel Hadapi Pemakzulan Kedua Setelah Upaya Pemberlakuan Darurat Militer

- 8 Desember: Jaksa menyebut Yoon sebagai subjek penyelidikan kriminal atas upaya darurat militer. Mantan Menteri Pertahanan Kim ditangkap.

- 9 Desember: Kementerian Kehakiman melarang Yoon meninggalkan Korea Selatan.

- 10 Desember: Kwak Jong-geun, komandan Komando Perang Khusus Angkatan Darat, memberi tahu komite parlemen bahwa Yoon memberi perintah untuk "menyeret" anggota parlemen dari parlemen setelah mengumumkan darurat militer.

Kantor Yoon mengatakan "tidak memiliki posisi resmi" tentang siapa yang menjalankan negara di tengah pertanyaan mengenai diskusi PPP untuk pemerintahan sementara.

Mantan Menteri Pertahanan Kim mencoba bunuh diri.

Baca Juga: Oposisi Korsel Kembali Ajukan Pemakzulan Presiden Yoon atas Status Darurat Militer

- 11 Desember: Polisi mencoba menggeledah kantor Yoon tetapi dihalangi untuk memasuki gedung.

- 12 Desember: Yoon mengatakan dalam pidato televisi lainnya bahwa ia akan "berjuang sampai akhir", menuduh Korea Utara telah meretas komisi pemilihan Korea Selatan dan menyatakan keraguan atas kekalahan telak partainya dalam pemilihan umum pada bulan April. Komisi Pemilihan Umum Nasional membantah klaim tersebut.

Tujuh anggota PPP menyatakan niat mereka untuk mendukung pemakzulan, kurang satu dari jumlah yang dibutuhkan agar mosi tersebut dapat disahkan.

- 13 Desember: Pemimpin oposisi Lee Jae-myung meminta anggota PPP untuk "bergabung dan memberikan suara ya untuk pemakzulan".

Baca Juga: Yoon Suk-yeol: Darurat Militer adalah Langkah Hukum untuk Melindungi Demokrasi

- 14 Desember: Parlemen memakzulkan Yoon dengan dukungan 204 dari 300 anggota parlemen di parlemen satu kamar. Setidaknya 12 anggota PPP memberikan suara untuk memakzulkan.

Kekuasaan presidensial Yoon ditangguhkan, dan Perdana Menteri Han Duck-soo menjadi penjabat presiden.

Mahkamah Konstitusi menerima deklarasi pemakzulan parlemen. Mahkamah memiliki waktu enam bulan untuk memutuskan apakah akan mencopot atau mengembalikan jabatannya.

Selanjutnya: Ancelotti Kecewa Madrid Gagal Menang Melawan Tim Papan Tengah Rayo Vallecano

Menarik Dibaca: Cara Usir Tikus dari Rumah, Mulai dari Cari Tahu Penyebab Mereka Masuk Rumah!



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×