Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Namun, analis meyakini, pembicaraan mengenai kode etik ini diperkirakan akan sulit, dan kemungkinan akan mengarah pada kesepakatan tanpa ruang lingkup geografis yang jelas dan tidak memiliki mekanisme penegakan hukum.
Baca Juga: Laut China Selatan: AS tambah daya tembak pembom B-52, China punya rudal pembunuh
"Ini sudah tahun 2020 dan mereka masih belum benar-benar memahami (kode)," kata Jay Batongbacal, profesor urusan maritim internasional di Universitas Filipina. "Kita bisa berakhir dengan dokumen lain yang sangat umum."
Baca Juga: Inilah negara-negara yang muak dan siap perang dengan China
Namun, Batongbacal mengatakan kedua belah pihak pada akhirnya mendapatkan tekanan besar untuk membuat semacam kode etik. "Mereka tidak punya pilihan selain terus berusaha untuk menegosiasikan hal ini, itu adalah satu-satunya hal yang terjadi antara ASEAN dan China. Bagi pihak mana pun yang berupaya membatalkannya, hal ini sepenuhnya akan dilihat sebagai kegagalan," kata Batongbacal seperti dikutip dari VOA.