Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LONDON. Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia tercatat akan mengambil sebanyak US$ 1 triliun kredit baru pada tahun 2020, untuk menopang kinerja keuangan akibat terhambat pandemi Covid-19.
Melansir Reuters, Senin (13/6) sebuah studi memperkirakan ada sedikitnya 30 perusahaan besar yang akan melakukan pinjaman.
Studi yang sama juga mengatakan bakal ada peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Diperkirakan total utang perusahaan global akan melonjak hingga 12% secara year on year (yoy) menjadi sekitar US$ 9,3 triliun.
Baca Juga: Jack Ma lego sahamnya di Alibaba senilai Rp 139,2 triliun
Data ini menambah akumulasi semakin banyaknya perusahaan yang punya hutang segunung, dengan nilai hampir mendekati hutang negara menengah.
Sebenarnya, tahun lalu pun utang perusahaan global telah mengalami kenaikan tajam sebesar 8% yoy, hal ini didorong ramainya aksi merger dan akuisisi, serta pinjaman perusahaan-perusahaan untuk keperluan pembelian saham kembali (buy back) dan dividen.
Tetapi, lompatan utang di tahun ini berbeda, lantaran pandemi Covid-19 dipastikan bakal menggerus laba. "COVID telah mengubah segalanya," kata Seth Meyer, manajer portofolio di Janus Henderson, perusahaan analisa utang perusahaan baru.
"Sekarang ini tentang strategi pemanfaatan modal dan membangun neraca yang lebih sehat," imbuhnya.
Baca Juga: Warren Buffett & para investor bunyikan alarm akan kehancuran pasar yang lebih besar
Perusahaan yang menggalang dana dari pasar obligasi sejak bulan Januari-Mei 2020 sudah mencapai US$ 384 miliar. Meyer memperkirakan bahwa beberapa minggu terakhir total penerbitan utang telah mencapai rekor baru, tentu dengan bumbu bunga lebih tinggi namun punya risiko yang tinggi.
Pasar pinjaman telah ditutup untuk semua perusahaan-perusahaan dengan rating tertinggi pada bulan Maret 2020, tetapi sekarang dibuka lebar oleh program pembelian utang dari bank-bank sentra seperti Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang.
Perusahaan yang termasuk dalam indeks utang baru setidaknya saat ini sudah berutang hampir 40% lebih banyak dibanding tahun 2014, pun pertumbuhan utang sejatinya sekarang sudah melampaui pertumbuhan laba.
Pendapatan sebelum pajak untuk 900 perusahaan global telah meningkat 9,1% secara kolektif menjadi US$ 2,3 triliun. Sementara rasio utang terhadap keuangan pemegang saham atau gearing ratio telah mencapai rekor 59% pada 2019. Sedangkan, proporsi laba yang ditujukan untuk pembayaran bunga juga telah mencapai posisi tertinggi.
Baca Juga: Mengenakan face shield tanpa masker, perlindungan terhadap Covid-19 tak maksimal
Perusahaan asal AS berutang hampir setengah dari perusahaan dunia atau sebesar US$ 3,9 triliun, studi mencatat peningkatannya saat ini merupakan yang tercepat dalam lima tahun terakhir, kecuali Swiss di mana telah ada gelombang transaksi merger dan akuisisi.
Jerman berada di nomor dua dengan total utang mencapai US$ 762 miliar. Perusahaan Jerman mencakup tiga perusahaan yang paling berhutang di dunia termasuk Volkswagen dengan nilai utang mencapai US$ 192 miliar, tidak jauh dari utang negara-negara menengah seperti Afrika Selatan atau Hongaria.
Sebaliknya, seperempat perusahaan dalam indeks justru tidak punya hutang sama sekali dan beberapa memiliki cadangan uang tunai yang besar. Salah satunya adalah Aplhabet pemilik Google dengan total uang kas mencapai US$ 104 miliar.