kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akibat ketidakpastian global, ekonomi China dan Amerika Serikat tertekan


Jumat, 27 Agustus 2021 / 14:22 WIB
Akibat ketidakpastian global, ekonomi China dan Amerika Serikat tertekan
ILUSTRASI. Bulan purnama, yang dikenal sebagai 'Super Pink Moon', naik di atas cakrawala New York dan Empire State Building, seperti yang terlihat dari West Orange, di New Jersey, AS, Senin (26/4/2021). REUTERS/Eduardo Munoz


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Ekonomi global masih diselimuti ketidakpastian pada tahun ini. Hal ini turut memberi tekanan kepada dua negara besar dunia yaitu Amerika Serikat (AS) dan China. 

Hal ini tercermin dari perkembangan ekonomi kedua negara yang belum sepenuhnya pulih. Berdasarkan Biro Statistik Nasional, pertumbuhan laba di perusahaan industri China tumbuh paling lambat pada Juli 2021 karena harga bahan baku naik dan penyebaran Corona telah membatasi produksi dan harga bahan mentah juga ikut naik. 

Laba perusahaan industri naik 16,4% yoy menjadi 703,67 miliar yuan atau setara US$ 108,51 miliar pada Juli 2021. Pertumbuhan itu turun dari realisasi bulan sebelumnya bisa mencapai 20% yoy. 

Data tersebut juga menyoroti hilangnya momentum bagi pemerintah China untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi. Padahal, China telah berupaya melakukan pemulihan ekonomi yang mengesankan akibat Covid-19. 

Baca Juga: Partai berkuasa Jepang dan Taiwan bertemu, mencari cara hadapi China

Namun, ekspansi China kehilangan tenaga karena perkembangan bisnis industri terkendala oleh biaya tinggi, pasokan terbatas dan penurunan daya beli konsumen. 

"Secara keseluruhan, keuntungan perusahaan industri di atas ukuran yang ditentukan meningkat terus pada bulan Juli, tetapi kita harus mengakui bahwa ketidaksetaraan dan ketidakpastian dalam pemulihan pendapatan perusahaan masih ada," kata Zhu Hong, ahli statistik senior di NBS," dikutip dari Bloomberg, Jumat (27/8). 

Ia menyebut, perlambatan tersebut disebabkan oleh musibah banjir, kasus Covid-19 serta tingginya harga komoditas yang menekan profitabilitas bagi perusahaan kecil dari menengah ke hilir. Dalam tujuh bulan pertama tahun ini, laba perusahaan industri tumbuh 57,3% yoy meskipun pertumbuhan melambat dari pertumbuhan 66,9% pada paruh pertama tahun 2021.

Pada periode yang sama, China melihat penurunan tajam dalam produksi pabrik. Dari realisasi itu, analis memperkirakannya industri akan mendapat tekanan lebih besar akibat pembatasan sosial dan kebijakan lebih ketat di sektor properti dan industri.

Baca Juga: China kirim 2 armada kapal perang, awasi latihan militer AS dan sekutu

Tak berbeda jauh, Amerika juga berupaya bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi tahun ini. Pada Juni dan Juli 2021, terjadi penambahan 1,9 juta penambahan pekerjaan baru bagi warga Amerika. 

Namun sejumlah analis masih mempertanyakan apakah momentum itu masih bisa berlanjut. Analis memperkirakan ada tambahan 763.000 lapangan kerja baru pada Agustus ini. Namun proyeksi itu berpotensi diubah setelah data perubahan tenaga kerja AS versi swasta (ADP non farm employment change) rilis Rabu depan. 

Guna menambah lapangan pekerjaan baru dan stabilitas harga, The Fed diharapkan bisa membuat kebijakan lanjut yang lebih substansial. Diharapkan, bank sentral tersebut segera membeli obligasi senilai US$ 120 miliar pada pertemuan September mendatang atau setidaknya ini menjadi perdebatan panas nanti.

Selanjutnya: Semakin ekspansif, Xiaomi gencar perbanyak lini usaha




TERBARU

[X]
×