Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tri Adi
Stanley Perron menjadi pebisnis selama berpuluh-puluh tahun. Segala asam garam dunia usaha telah ia lewati. Saat ini di masa tua, Perron hanya tinggal menikmati buah kesuksesan yang telah ia pupuk. Di usia senjanya saat ini yang menginjak 96 tahun, Perron lebih banyak melakukan kegiatan amal lewat Stan Perron Charitable Foundation yang telah berdiri sejak tahun 1978. Dia juga masih gemar menjalankan hobinya, memancing dan berolahraga.
Stanley Perron berhasil mengembangkan bisnis penjualan otomotif di benua kanguru. Berbekal dari hadiah berupa surat kuasa penjualan Toyota dengan skema waralaba, kini ia menjual 25.000 unit mobil di Australia.
Bisnis ini Ia bangun sejak 1963 dengan mendirikan Prestige Motors. Sembari merintis bisnis otomotif, Perron bertemu dengan pujaan hatinya, Jean Brashaw saat melakukan donor darah. Pada tahun yang sama Ia menikahi Jean.
Cerdik melihat peluang dan memiliki insting bisnis yang tajam, Ia melihat prospek dari bisnis properti. Ketika resepsi pernikahannya dihelat di Charles Hotel, Perth Utara, sambil menikmati perayaan, Perron membuat perhitungan kasar dari margin keuntungan bisnis properti.
Dari sinilah, Perron menggunakan uang dari penjualan Perron Bross Earthmoving senilai US$ 3 juta untuk merambah bisnis properti. Ia mulai mengoleksi aset berupa kepemilikan pub dan hotel lain, termasuk Hotel Merlin, yang sekarang menjadi Hyatt Hotel.
Bisnis properti semakin berkembang, perekonomian Australia membaik, bisnis properti Perron merambah hingga Sydney. Ia membangun blok perkantoran di CBD Perth dan 201 Elizabeth Street di Sydney.
Pada tahun 1989, Perron terus menyasar properti Sydney. Kali ini dengan modal US$ 71 juta, ia membeli blok perkantoran dengan 30 lantai di North Sydney. Melihat potensi bisnis properti yang menggiurkan, Perron terus agresif menambah aset. Pada 2006, Ia juga menambah kepemilikan properti dengan membeli dua pusat perbelanjaan di pinggiran kota Sydney senilai US$ 250 juta.
Kini, hampir 75% kepemilikan properti Perron berada di sektor ritel, dan 25% adalah properti perkantoran. Sejak 2013, Ia telah dinobatkan sebagai pemilik properti terbesar nomor dua dari kalangan swasta di Australia.
Kepemilikan propertinya ditunjang dengan lini bisnis lainnya di sektor otomotif lewat penjualan Toyota dan hasil tambang. Kini kekayaan Perron ditaksir mencapai US$ 2,2 miliar oleh Majalah Forbes. Ia menduduki orang paling kaya nomor 15 di Australia.
Di usia senja yang menginjak usia 96 tahun, Perron masih gemar menyambangi kantornya. Ia juga gemar menghadiri berbagai acara sosial. "Saya selalu yang tertua di sana, tetapi saya tidak merasa setua tampilan orang lain," kata Perron seperti yang dikabarkan oleh Majalah Forbes.
Selain itu, dia juga masih menyempatkan diri untuk bermain golf. Guna menjaga kesehatan di usia tua, Ia rutin berolahraga mingguan di tempat kebugaran. Di sela waktu luang, Ia masih senang menikmati hobinya yakni memancing.
Meski masuk dalam jajaran salah satu orang tajir di dunia, Perron enggan untuk diwawancara. Selain itu, berada di mata publik tidak pernah menarik baginya. Dia tidak suka berbicara di depan umum. “Saya tidak bisa berdiri dan berbicara di depan orang-orang," kata Perron.
Kegemaran dalam melakukan gerakan sosial sudah dilakoni Perron sejak lama. Bahkan Ia mendirikan Stan Perron Charitable Foundation sejak tahun 1978 untuk menyalurkan jiwa sosialnya. Melalui yayasan amal ini, Perron dan istrinya sudah menyumbangkan sebagian dari pendapatannya untuk gerakan sosial.
Media lokal, Perth Now memberitakan bahwa sudah tidak terhitung jutaan dolar Australia yang disumbangkan oleh yayasan ini. Sudah ratusan berbagai organisasi menerima pendanaan dari organisasinya terutama bagi anak-anak yang sakit maupun penyandang disabilitas. Salah satunya Association for the Blind of Western Australia yang menerima dana sejak 50 tahun terakhir.
(Selesai)