Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pabrik-pabrik di kawasan Asia semakin terpuruk di bulan Mei 2020 di tengah merosotnya perdagangan global akibat pandemi corona (Covid-19). Tingkat ekspor Jepang dan Korea Selatan tercatat anjlok paling tajam ke level terendah alam satu dekade terakhir.
Serangkaian survei manufaktur yang dirilis Senin (1/6) menunjukkan, rebound yang terjadi pada bisnis akan terhenti meskipun aktivitas pabrik di China secara tak terduga kembali mencatatkan pertumbuhan pada bulan Mei lalu.
Indeks Manajer Pembelian Manufaktur China (PMI) mencapai 50,7 pada Mei 2020. Ini merupakan angka tertinggi sejak Januari karena pelonggaran lockdown memungkinkan perusahaan untuk kembali beroperasi dan membereskaan pesanan yang belum diselesaikan.
Baca Juga: Benarkah Trump berniat membentuk kelompok G11 untuk mengisolasi China?
Namun, survei bisnis swasta menunjukkan bahwa pesanan ekspor baru negeri Panda tersebut tetap dalam kontraksi karena perdagangan sebagian besar mitra dagang China masih terbatas. Survei PMI resmi China yaang dirilis pada Minggu (31/5) menunjukkan pemulihan di China utuh tetapi rapuh.
Sementara aktivitas pabrik Jepang pada Mei 2020 menyusut pada laju tercepat sejak Maret 2009, menurut survei sektor swasta. Manufaktur Korea Selatan juga merosot pada laju paling tajam dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Indeks PMI Jepang jatuh ke 38,4 yang disesuaikan secara musiman dari 41,9 di bulan April 2020. PMI IHS Markit Korea Selatan turun ke 41,3 pada Mei 2020 dari 41,6 pada April 2020. Itu merupakan terendah sejak Januari 2009.
Capital Economics melihat, sektor manufaktur di kawasan Asia dalam resesi yang dalam. “Industri sepertinya telah mengalami lompatan awal dari pelonggaran pembatasan lockdown. Banyak hal akan terus membaik secara bertahap selama beberapa bulan mendatang seiring pulihnya permintaan eksternal. Tetapi output masih cenderung jauh di bawah level normal untuk beberapa bulan mendatang karena permintaan domestik dan global masih sangat tertekan." tulis Capital Economics dalam risetnya yang dikutip Reuters, Senin 91/6).
Baca Juga: Aktivitas pabrik China mulai bangkit pada Mei, tapi permintaan masih lemah
Aktivitas manufaktur Taiwan juga turun pada bulan Mei. PMI Vietnam, Malaysia dan Filipina rebound dari April, meskipun semua indeks masih di bawah ambang batas 50 yang menunjukkan adanya pemisahan kontraksi dari ekspansi. Data PMI Korea Selatan menunjukkan penurunan ekspornya selama tiga bulan berturut-turut.
Aktivitas pabrik India mengalami kontraksi tajam pada bulan Mei, memperpanjang penurunan besar yang terlihat pada bulan April ketika kebijakan lockdown yang diberlakukan pemerintah memukul permintaan.
Kesengsaraan ekonomi Asia kemungkinan akan bergema di bagian lain dunia termasuk Eropa, di mana ekonomi terus menderita kerusakan besar di sektor pabrik dan jasa.
Di saat banyak negara mulai melonggarkan kebijakan lockdown, pasar ekuitas mengalami kenaikan. Namun, dalamnya palung aktivitas ekonomi global akan membuat rebound kemungkinan membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya di saat pandemi menyebar.
Sementara IMF pada bulan lalu telah memperingatkan bahwa ekonomi global akan memakan waktu lebih lama untuk pulih sepenuhnya dari guncangan virus dan memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi 3% tahun ini.
Perseteruan AS dan China terkait status Hong Kong dan penanganan pandemi Covid-19 diperkirakan akan semakin memperburuk sentimen bisnis dan menambah tekanan pada ekonomi global.
Baca Juga: Trump vs China: Trump perintahkan penyelidikan perusahaan China yang listing di AS