Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas pabrik di Asia merosot pada bulan Juni. Lesunya permintaan di China dan negara-negara maju telah mengaburkan prospek bisnis eskportir di kawasan itu.
Berdasarkan survei bisnis dilansir Reuters, Senin (3/6), aktivitas manufaktur di Jepang dan Korea Selatan mengalami kontraksi pada Juni di tengah rapuhnya pemulihan ekonomi Asia. Sedangkan aktivitas manufaktur di China sedikit meningkat.
Survei tersebut menggarisbawahi bahwa rebound ekonomi China setelah pencabutan kebijakan pembatasan Covid-10 lebih lemah dari perkiraan. Di samping itu, konsumen juga sedang bersiap menghadapi dampak kenaikan suku bunga agresif di Amerika serikat (AS) dan Eropa.
"Kondisi terburuk memang telah berlalu di pabrik-pabrik Asia, tetapi aktivitas manufaktur kekurangan momentum karena melemahnya prospek pemulihan ekonomi China," kata Toru Nishihama, kepala ekonom pasar berkembang Dai-ichi Life Research Institute.
Dia melihat, lambatnya china memberikan stimulus terhadap ekonominya dan kemungkinan meningkatnya tekanan ekonomi AS akubat kenaikan suku bunga menjadi faktor penyebab prospek produsen di Asia menjadi muram.
Survei itu mencatat indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) global Cixin/S&P China turun jadi 50,5 pada Juni dari 50,9 pada Mei. Angka tersebut dikombinasikan dengan survei resmi hari Jumat yang menunjukkan aktivitas pabrik memperpanjang penurunan, menambah bukti ekonomi nomor dua dunia kehilangan tenaga pada kuartal kedua.
Dampaknya dirasakan di Jepang di mana PMI au Jibun Bank terakhir turun menjadi 49,8 pada bulan Juni, kembali ke kontraksi setelah meningkat pada bulan Mei untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan.
Pesanan baru dari pelanggan luar negeri menurun pada bulan Juni pada tingkat tercepat dalam empat bulan yang mencerminkan lemahnya permintaan dari China, menurut survei PMI Jepang.
PMI Korea Selatan turun menjadi 47,8 di bulan Juni, dari 48,4 di bulan Mei, memperpanjang penurunannya ke rekor 12 bulan berturut-turut karena lemahnya permintaan di Asia dan Eropa.
Berdasarkan survei itu, aktivitas pabrik juga mengalami kontraksi di Taiwan, Vietnam, dan Malaysia.
Sedangkan di India, berdasarkan data indikator ekonomi yang dirilis pada Senin (3/7), industri manufakturnya melawan tren dan berkembang dengan cepat di bulan Juni, meskipun sedikit lebih lambat dari bulan Mei, didukung oleh permintaan yang kuat.