Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOHENJO DARO. Suhu mengalami peningkatan di atas 52 derajat Celcius (125,6 derajat Fahrenheit) di provinsi Sindh, Pakistan selatan pada Senin (27/5/3034).
Ini merupakan angka tertinggi pada musim panas dan mendekati rekor tertinggi negara itu di tengah gelombang panas yang sedang berlangsung.
Mengutip Reuters, tim ilmuwan internasional mengungkapkan, suhu ekstrem di seluruh Asia dalam sebulan terakhir kemungkinan besar menjadi lebih buruk akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Seorang pejabat senior Departemen Meteorologi Pakistan Shahid Abbas mengatakan kepada Reuters, di Mohenjo Daro, sebuah kota di Sindh yang terkenal dengan situs arkeologi yang berasal dari Peradaban Lembah Indus yang dibangun pada tahun 2500 SM, suhu meningkat hingga 52,2 C (126 F) selama 24 jam terakhir.
Suhu tersebut merupakan yang tertinggi pada musim panas sejauh ini, dan mendekati rekor suhu tertinggi di kota dan pedesaan masing-masing sebesar 53,5 derajat Celsius (128,3 derajat Fahrenheit) dan 54 derajat Celsius (129,2 derajat Fahrenheit).
Mohenjo Daro adalah kota kecil yang mengalami musim panas yang sangat terik dan musim dingin yang sejuk, serta curah hujan yang rendah.
Baca Juga: IMF dan Pakistan Capai Kesepakatan Pencairan Dana Talangan
Pasar di Mohenjo Daro, termasuk toko roti, toko teh, mekanik, bengkel elektronik, dan penjual buah dan sayur, biasanya tampak ramai dengan kunjugan pelanggan.
Namun dengan adanya gelombang panas saat ini, toko-toko hampir tidak melihat adanya pengunjung.
“Pelanggan tidak datang ke restoran karena cuaca sangat panas. Saya duduk diam di restoran dengan meja dan kursi tanpa ada pelanggan,” kata Wajid Ali, 32 tahun, pemilik kedai teh di kota itu.
Dia menambahkan, "Saya mandi beberapa kali sehari dan itu membuat saya sedikit lega. Juga tidak ada aliran listrik. Panasnya membuat kami sangat tidak nyaman."
Baca Juga: India Melakukan Uji Penerbangan Pertama Rudal Domestik
Di dekat toko milik Ali, terdapat bengkel elektronik yang dikelola oleh Abdul Khaliq, 30 tahun, yang sedang duduk bekerja dengan penutup toko setengah terbuka untuk melindunginya dari sinar matahari. Khaliq juga mengeluhkan cuaca panas yang mempengaruhi bisnis.
Dokter setempat Mushtaq Ahmed menambahkan bahwa penduduk setempat telah menyesuaikan diri dengan hidup dalam kondisi cuaca ekstrem dan lebih memilih tinggal di dalam rumah atau dekat air.
“Pakistan adalah negara kelima yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kita telah menyaksikan hujan lebat dan banjir,” kata Rubina Khursheed Alam, koordinator iklim perdana menteri, pada konferensi pers pada hari Jumat.
Alam menambahkan bahwa pemerintah sedang menjalankan kampanye kesadaran akibat gelombang panas.
Suhu tertinggi yang tercatat di Pakistan terjadi pada tahun 2017 ketika suhu naik hingga 54 C (129,2 F) di kota Turbat, yang terletak di provinsi Balochistan di barat daya. Ini adalah suhu terpanas kedua di Asia dan tertinggi keempat di dunia, kata Sardar Sarfaraz, Kepala Ahli Meteorologi di Departemen Meteorologi Pakistan.
Gelombang panas akan mereda di Mohenjo Daro dan sekitarnya, namun gelombang panas lainnya diperkirakan akan melanda wilayah lain di Sindh, termasuk ibu kota, Karachi – kota terbesar di Pakistan.