Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - MANILA. Gelombang panas yang melanda Filipina memaksa pemerintah setempat mengambil kebijakan untuk membatalkan sesi tatap muka di sekolah-sekolah negeri selama dua hari mulai Senin (29/4).
Peramal cuaca mengatakan suhu di wilayah ibu kota bisa melonjak hingga 37 derajat Celcius (98,6 derajat Fahrenheit) dalam tiga hari ke depan. Pasalnya, indeks panas mencapai rekor 45 derajat C (113 derajat F).
Baca Juga: Asia Dilanda Gelombang Panas Ekstrem, Banyak Sekolah Ditutup
“Indeks panas, yang mencakup kelembapan relatif, dapat bertahan pada rekor tertinggi hingga minggu kedua bulan Mei,” kata Glaiza Escullar, peramal cuaca negara bagian, kepada stasiun radio DZBB.
“Kami sudah mendapat laporan tentang tekanan darah tinggi dan pusing, serta pingsan yang dialami siswa dan guru dalam beberapa hari terakhir,” Benjo Basas, ketua kelompok pendidik The Teachers' Dignity Coalition mengatakan kepada stasiun radio DWPM.
Pada hari Minggu, Kementerian Pendidikan meminta sekolah-sekolah negeri untuk beralih ke pembelajaran online karena perkiraan cuaca panas. Oleh karena ruang kelas bisa penuh sesak dan hanya sedikit yang memiliki AC.
Selain lebih dari 3,6 juta siswa di sistem sekolah negeri terkena dampak penangguhan serupa pada minggu lalu, beberapa sekolah swasta dan universitas juga telah beralih ke kelas online.
Gelombang panas juga membebani pasokan listrik di Luzon, yang menyumbang tiga perempat output ekonomi, karena cadangan energi menipis setelah 13 pembangkit listrik ditutup bulan ini, kata operator jaringan listrik dalam sebuah pernyataan.
Pejabat senior Marcelino Villafuerte dalam sebuah pengarahan menyebutkan, di ibu kota, Metro Manila, suhu bisa mencapai 38,3 derajat C (100,94 derajat F) bulan depan, turun dari rekor bulan Mei 1987 sebesar 38,5 derajat C (101,3 derajat F).
Baca Juga: Thailand Dilanda Gelombang Panas di Atas 40 Cerajat Celsius, 30 Orang Tewas
Hari ini, pihak berwenang di Terminal 3 bandara utama di Manila memasang kipas angin untuk mengatasi panas yang menyengat setelah dua dari enam menara pendingin berhenti berfungsi pada hari sebelumnya.
Di negara tetangga, Indonesia, cuaca yang lebih hangat menjadi penyebab melonjaknya kasus demam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk menjadi 35.000 kasus pada bulan lalu dari 15.000 kasus pada tahun sebelumnya.
“Pola cuaca El Nino telah memperpanjang musim kemarau dan suhu yang lebih panas mempercepat siklus hidup nyamuk,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi kepada kantor berita Antara.