kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Alasan Mantan CEO Ini Taruh 80% Portofolionya di Saham Microsoft


Jumat, 27 Desember 2024 / 18:11 WIB
Alasan Mantan CEO Ini Taruh 80% Portofolionya di Saham Microsoft
Mantan CEO Microsoft, Steve Ballmer, menyarankan para investor untuk menjaga strategi investasi mereka tetap sederhana.


Sumber: Yahoo Finance | Editor: Noverius Laoli

Selain saham, investasi besar lainnya milik Ballmer adalah tim NBA Los Angeles Clippers, yang ia beli pada 2014 seharga US$ 2 miliar. Kini, nilai tim tersebut mencapai US$ 5,5 miliar menurut Forbes.  

Untuk para investor ritel, Ballmer menyarankan pendekatan serupa. "Saya akan mengatakan, 'Tetap sederhana'—kecuali jika Anda benar-benar ingin menjadi ahli," ujarnya.  

Studi menunjukkan bahwa reksadana indeks yang mengikuti S&P 500 secara konsisten mengungguli sebagian besar dana aktif. Data Morningstar pada Juli mencatat bahwa rata-rata hanya 27% dana aktif yang mampu mengalahkan S&P 500 dalam 10 tahun terakhir. 

Baca Juga: Elon Musk Bertahan di Puncak, Ini Daftar 10 Orang Terkaya Dunia Awal September 2024

Portofolio yang terdiversifikasi lintas kelas aset dan geografis juga cenderung tertinggal, dengan hasil yang lebih rendah dibandingkan S&P 500 dalam 13 dari 15 tahun terakhir, menurut Cambria Funds.  

Namun, dominasi besar saham-saham teknologi di S&P 500, seperti Microsoft dan Nvidia, membuat investor indeks rentan terhadap penurunan satu saham besar.  

Beberapa pihak skeptis di Wall Street memperingatkan bahwa dominasi pasar AS secara global bisa menjadi tanda bahaya. 

Baca Juga: Kekayaan Steve Ballmer Capai US$ 120 Miliar, Lebih kaya dari Buffett dan Zuckerberg

"Pembicaraan tentang gelembung di teknologi atau AI, atau strategi investasi yang fokus pada pertumbuhan dan momentum, mengaburkan gelembung terbesar di pasar AS," tulis Ruchir Sharma, ketua Rockefeller International, di Financial Times. 

"Amerika terlalu dimiliki, dinilai terlalu tinggi, dan terlalu dibesar-besarkan dalam tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Selanjutnya: Warren Buffett Beberkan Dua Jenis Investasi Terbaik untuk Kalahkan Inflasi

Menarik Dibaca: Investasi Saham Syariah Kian Populer, Ini 6 Keunggulannya!



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×