kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alasan mengapa orang yang rasional terserang panic buying saat wabah corona menyerang


Kamis, 12 Maret 2020 / 10:18 WIB
Alasan mengapa orang yang rasional terserang panic buying saat wabah corona menyerang
ILUSTRASI. Pengunjung memadati gerai supermarket Superindo di Pulo Mas, Jakarta (2/3/2020).


Sumber: Harian KONTAN,Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Dalam beberapa waktu terakhir, panic buying tengah melanda berbagai negara yang penduduknya terindikasi virus corona. Di Indonesia, panic buying sempat terjadi setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan dua kasus positif corona pertama di Indonesia. Tak berbeda dengan Indonesia, di Amerika ada tiga produk diserbu masyarakat, seperti cairan pembersih tangan, tisu pembersih, dan tisu toilet.

Pada waktu itu, Corporate Communication General Manager PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Nur Rachman mengimbau kepada konsumen untuk berbelanja barang kebutuhan seperti biasa saja tanpa harus melakukan panic buying atau belanja berlebihan menyikapi penyebaran kasus virus corona.

"Tidak perlu belanja berlebihan yang tidak perlu agar kebutuhan semua masyarakat bisa terpenuhi dengan baik," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (03/3).

Baca Juga: Harga jahe, temulawak dan kunyit meroket drastis, ini kata pedagang

Untunglah, aksi panic buying di Indonesia tidak berlangsung lama.

Rupanya, panic buying tidak hanya terjadi di Indonesia. Di China, Hong Kong, Australia, Singapura, bahkan Amerika juga dilanda panic buying akibat penyebaran virus corona.

Lalu apa yang menyebkan hal itu?

Psikolog memandang panic buying sebagai kontrol dari kebutuhan dasar manusia. Dengan penyakit yang sangat menular dan dapat mematikan, epidemi ini melanggar rasa kontrol dengan cara yang mendasar. Jika pembuat kebijakan tidak dapat menemukan cara untuk memulihkan perasaan itu, siklus panik membeli, menimbun, dan kelangkaan hanya akan meningkat.

Baca Juga: Tidak hanya di Indonesia, produk ini juga dilanda panic buying di AS karena corona

"Orang benar-benar tidak dilengkapi secara psikologis untuk memproses hal semacam ini," kata Andrew Stephen, seorang profesor pemasaran di University of Oxford's Said Business School kepada Bloomberg. "Jadi itu hanya membuat kondisi menjadi lebih buruk bagi banyak orang dalam hal ketidakpastian, dan kemudian mereka melakukan apa pun yang perlu mereka lakukan untuk mencoba dan mendapatkan kembali kendali."




TERBARU

[X]
×