kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Aliansi Iran-Rusia yang Kian Berkembang Mengguncang Barat


Jumat, 11 Oktober 2024 / 08:54 WIB
Aliansi Iran-Rusia yang Kian Berkembang Mengguncang Barat
ILUSTRASI. Aliansi yang berkembang antara Iran dan Rusia, semakin meresahkan Barat. REUTERS/Lisi Niesner


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Aliansi yang berkembang antara Iran dan Rusia, semakin meresahkan Barat. Apalagi, saat ini, ketegangan mencapai titik tertinggi baru di Kawasan Timur Tengah.

Melansir AFP, Iran dan Rusia dalam beberapa bulan terakhir telah mengesampingkan persaingan regional selama berabad-abad yang dimulai sejak era kekaisaran untuk fokus pada konfrontasi bersama dengan Barat.

Dalam simbol baru hubungan mereka, Presiden Iran Masoud Pezeshkian akan bertemu dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin pada hari Jumat (11/10/2024) di Turkmenistan untuk pertemuan tatap muka pertama mereka. Pezeshkian juga direncanakan akan mengunjungi Rusia akhir bulan ini.

Barat menuduh Iran memasok Rusia dengan pesawat nirawak yang mematikan, rudal balistik, dan senjata murah yang mudah didapat sehingga memainkan peran penting dalam memasok mesin perang Rusia dalam invasi Ukraina.

Namun, dengan Iran dan Israel yang kini berisiko terjerumus dalam pusaran serangan balasan, aliansi tersebut dapat tumbuh lebih erat karena Teheran dan Moskow berupaya keluar dari isolasi internasional.

"Pengalihan rudal balistik menunjukkan kemitraan pertahanan yang semakin mendalam yang melampaui pesawat nirawak dan kini mencakup persenjataan yang lebih canggih," papar Nicole Grajewski, seorang peneliti di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan kepada AFP.

Baca Juga: Serangan Udara Israel di Lebanon Selatan Tewaskan 5 Petugas Penyelamat

Negara-negara Barat menuduh Iran mengirimkan rudal balistik Fath-360 ke Rusia yang diyakini memiliki jangkauan sekitar 120 kilometer (75 mil) yang dikhawatirkan AS akan memungkinkan Rusia menyimpan rudal yang lebih canggih dengan jangkauan yang lebih jauh untuk keperluan lain.

Seorang pejabat senior Barat, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan pihaknya tidak tahu saat ini apakah ketegangan Timur Tengah akan semakin meningkatkan dinamika pengiriman senjata Iran.

Saling bergantung

Rusia, yang membangun pabrik energi nuklir pertama Iran, merupakan salah satu kekuatan dunia di balik kesepakatan tahun 2015 mengenai program nuklir Iran yang bertujuan untuk mencegah Teheran memperoleh bom atom.

Kesepakatan itu gagal ketika Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian tersebut dengan kekhawatiran bahwa Rusia tidak akan lagi menekan Iran untuk mengendalikan ambisi nuklirnya dan dapat mendorong Teheran dan bahkan membantu dengan pengetahuan.

"Mengingat ketergantungan Rusia pada Teheran untuk pesawat nirawak bersenjata dan bantuan lainnya dalam perangnya melawan Ukraina, Washington tidak dapat mengharapkan Moskow untuk bergabung dalam upaya baru untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir," kata lembaga pemikir AS Atlantic Council dalam sebuah laporan baru-baru ini.

Baca Juga: Iran Membuktikan Diri Dapat Tembus Sistem Pertahanan Udara Terhebat di Dunia

"Bahkan, rezim Putin mungkin menyambut baik prospek Iran yang bersenjata nuklir untuk mengalihkan perhatian AS dan negara-negara Barat lainnya dari perangnya melawan Ukraina," tambahnya.

Kini, hubungan tersebut telah meluas ke forum multilateral. Dijelaskan bahwa Pezeshkian akan menghadiri pertemuan puncak BRICS pada Oktober ini di kota Kazan, Rusia.

Putin juga diberi kesempatan bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei selama kunjungan ke Teheran pada Juli 2022, sebuah kehormatan langka bagi seorang pemimpin asing non-Muslim yang berkunjung.

"Hubungan tersebut jauh lebih dalam daripada sekadar hubungan transaksional, Rusia dan Iran kini semakin bergantung satu sama lain," kata Grajewski, penulis buku tentang Rusia dan Iran dengan judul "Partners in Defiance from Syria to Ukraine".

"Selain itu, baik Rusia maupun Iran melihat diri mereka saling bergantung satu sama lain untuk kelangsungan rezim mereka," tambahnya.

Baca Juga: Rusia Sebut Hizbullah Masih Terorganisasi Meski Terus Digempur Israel

Sejarah persaingan regional antara Iran dan Rusia di wilayah Kaspia, Kaukasus, dan Asia Tengah -- bagian dari apa yang disebut "Permainan Besar" pada abad ke-19 -- tidak dapat dihapuskan begitu saja.

Salah satu momen paling simbolis dari persaingan ini adalah pembunuhan pada tahun 1829 terhadap penulis drama Rusia Alexander Griboyedov yang baru berusia 34 tahun oleh massa yang marah di Teheran. Griboyedov telah dikirim sebagai duta besar Rusia untuk Iran. Aksi  pembunuhan tersebut masih dikenang di Rusia hingga hari ini.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×