Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Perusahaan e-commerce raksasa asal China, Alibaba, berhasil mencetak pendapatan kuartalan sebesar 247,80 miliar yuan, setara Rp 580,10 triliun, pada kuartal kedua. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan konsensus estimasi analis, sebesar 242,65 miliar yuan, setara Rp 568,05 triliun.
Kenaikan pendapatan ini didorong investasi yang dilakukan Alibaba untuk mengembangkan layanan pengiriman satu jam. Layanan ini menarik semakin banyak konsumer menggunakan aplikasi belanja yang dikembangkan Alibaba. Selain itu, divisi cloud juga melaporkan pertumbuhan yang kuat.
Kinerja positif Alibaba ini dipublikasikan di tengah ketatnya persaingan bisnis di sektor ritel instan. Selain Alibaba, pemain besar lain juga menggelontorkan investasi miliaran dolar untuk mengembangkan layanan pengiriman satu jam.
Baca Juga: Bank Digital Mampu Cetak Pertumbuhan Laba Lebih Tinggi Dibanding Bank Konvensional
Pada saat yang sama, Alibaba juga telah berinvestasi besar-besaran dalam akal imitasi (AI). Dus, Alibaba kini menjadi salah satu perusahaan China yang memimpin di bidang tersebut.
"Kami telah memasuki fase investasi untuk membangun nilai strategis jangka panjang dalam teknologi dan infrastruktur AI, serta platform konsumsi yang mengintegrasikan layanan kehidupan sehari-hari dan e-commerce," ujar Eddie Wu, CEO Alibaba Group, seperti dikutip Reuters, Selasa (25/11/2025).
Tapi di sisi bottom line, Alibaba mencatat laba bersih turun 53% menjadi 20,61 miliar yuan. Kendati begitu, realisasi tersebut tetap lebih tinggi dari konsensus perkiraan analis.
Baca Juga: Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis
Para analis memang tengah memiliki pandangan kurang oke terhadap sektor e-commerce China. Perang harga ritel instan, yang dipicu oleh diskon dan subsidi agresif dari Alibaba, JD.com, dan Meituan, telah menimbulkan aksi bakar uang besar-besaran di industri ini.
Analis Nomura memperkirakan, nilainya lebih dari US$ 4 miliar di kuartal kedua saja. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terkait profitabilitas industri ini.
Kendati begitu, analis menilai Alibaba tidak terlalu terpapar efek persaingan ketat dibandingkan para pesaingnya. Alibaba justru melihat potensi keuntungan jangka panjang dari bisnis ritel instan.
Baca Juga: India Bersiap Hadapi Tarif AS yang Lebih Tinggi, Skenario Terburuk hingga 25%
Alibaba memproyeksikan layanan ritel instan dapat menambah gross merchandise value (GMV) tahunan sekitar 1 triliun yuan selama tiga tahun ke depan.
Alibaba juga mencetak pertumbuhan positif di hari belanja Single Day, yang tahun ini berlangsung dari awal Oktober hingga 11 November lalu. Perusahaan secara keseluruhan mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 9,3% dari acara tersebut.
Buat perbandingan, menurut perusahaan konsultan teknologi dan perdagangan Analysys, pesaingnya, JD.com, mencatat pertumbuhan sebesar 8,3% di momen hari jomblo tersebut.













