Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) saat ini sedang mengalami ketidakpastian harga yang tinggi, dengan beberapa analis memprediksi kemungkinan penurunan tajam di awal tahun 2025.
Meskipun proyeksi ini menyoroti kemungkinan penurunan harga BTC, pendapat para komentator kripto lainnya menunjukkan pandangan yang lebih berhati-hati mengenai pergerakan harga Bitcoin.
Penurunan Harga Bitcoin Menjadi US$75,000: Apa yang Diprediksi?
Menurut laporan pasar yang diterbitkan pada 28 Januari 2025, Dr. Sean Dawson, kepala riset di Derive, memperkirakan bahwa ada peluang Bitcoin turun sekitar 26% pada kuartal pertama 2025, menuju harga sekitar US$75,000. Kemungkinan ini meningkat sedikit, dari 7,2% menjadi 9,2% dalam 24 jam terakhir.
Baca Juga: Crypto.com Hapus Tether USDT dan 9 Token Lainnya di Eropa pada 31 Januari 2025
Dawson menjelaskan bahwa lonjakan volatilitas implisit Bitcoin dari 52% menjadi 76% menunjukkan meningkatnya permintaan untuk opsi put sebagai perlindungan terhadap potensi penurunan harga. Volatilitas ini mencerminkan adanya ketidakpastian di pasar, yang menciptakan prospek harga yang lebih berisiko bagi investor Bitcoin.
Penurunan Harga Bitcoin Dipengaruhi oleh Sentimen Pasar yang Lebih Buruk
Bitcoin mengalami penurunan 6,5% pada 27 Januari 2025, dengan harga menyentuh angka US$97,906 akibat turunnya pasar yang lebih luas, termasuk pasar saham.
Penurunan ini dipicu oleh rilis model kecerdasan buatan terbaru dari proyek AI berbasis China, DeepSeek. Namun, Bitcoin berhasil kembali ke level lebih dari US$100,000, dengan harga US$102,100 pada saat publikasi.
Dawson mencatat bahwa sedikit peningkatan probabilitas penurunan Bitcoin ke US$75,000 ini mencerminkan perubahan sentimen pasar yang lebih bearish, di mana para trader mulai menyesuaikan diri dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.
Korelasi Bitcoin dengan Pasar Makroekonomi
Analisis dari Bitfinex menunjukkan bahwa penurunan harga Bitcoin yang terjadi seiring dengan penurunan pasar saham lebih menunjukkan korelasi Bitcoin dengan pasar makroekonomi, ketimbang harga Bitcoin yang murni bergantung pada fundamental pasar kripto itu sendiri.
Baca Juga: AI China Ini Mengguncang Pasar Saham AS dan Meruntuhkan Nilai Pasar Nvidia!
Para analis Bitfinex menyatakan bahwa saat ini, Bitcoin lebih terkait dengan sentimen risiko global dan pasar aset berisiko lainnya, yang memengaruhi fluktuasi harga Bitcoin.
"Bitcoin bukan lagi aset digital yang berdiri sendiri dengan aturan mainnya sendiri, namun kini terikat erat dengan lanskap pasar risiko yang lebih luas," ujar para analis Bitfinex.
Proyeksi Arthur Hayes: Harga Bitcoin Bisa Terjun ke US$70,000
Selain itu, Arthur Hayes, salah satu pendiri BitMEX, memproyeksikan bahwa Bitcoin mungkin akan kembali menuju kisaran US$70,000 hingga US$75,000. Penurunan harga ini, menurut Hayes, bisa memicu "mini financial crisis" atau krisis keuangan kecil yang berpotensi memengaruhi seluruh pasar keuangan.
Namun, Hayes juga mencatat bahwa penurunan ini mungkin akan diikuti oleh kebijakan pencetakan uang lebih lanjut, yang bisa memicu lonjakan harga Bitcoin yang lebih tinggi menuju US$250,000 pada akhir tahun 2025.
Proyeksi ini menunjukkan bahwa meskipun ada potensi penurunan jangka pendek, kemungkinan besar akan ada rebound yang lebih besar di masa depan akibat kebijakan moneter global.
Baca Juga: Jika Anda Investasi Bitcoin saat Sam Bankman Dihukum, Segini Keuntungannya Sekarang
Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Harga Bitcoin
Secara keseluruhan, perubahan harga Bitcoin saat ini banyak dipengaruhi oleh pergeseran makroekonomi yang lebih besar, termasuk ketegangan pasar saham global, kebijakan moneter, dan sentimen risiko yang lebih luas.
Meskipun terdapat kemungkinan penurunan harga Bitcoin pada kuartal pertama 2025, beberapa analis tetap optimistis bahwa harga Bitcoin akan pulih kembali dalam jangka panjang, seiring dengan adopsi yang terus berkembang dan dukungan dari kebijakan fiskal dan moneter.