Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dalam skenario ini, virus Covid-19 akan terus ada tapi orang-orang telah mengembangkan semacam imunitas melalui vaksinasi dan infeksi alamiah.
Dengan begitu, kasus-kasus berat karena Covid-19 akan menjadi lebih sedikit, dan tingkat pelayanan rumah sakit juga tingkat kematian tidak akan setinggi sekarang.
Permasalahannya, hingga saat ini kita masih belum tahu apakah Covid-19 akan seperti itu. Professor Heymann menyebut Covid-19 sebagai "virus yang sangat tidak stabil".
"Saat virus ini berduplikasi di dalam sel-sel manusia, virus bermutasi dari waktu ke waktu. Dan beberapa mutasi yang dihasilkannya menyebabkan kekhawatiran."
Tapi Heymann juga berkata kekhawatiran akan Covid-19 bisa berkurang seiring waktu dengan cara-cara lain.
"Virus juga bisa berkurang virulensi (keparahannya), baik karena mutasi atau karena sebagian besar populasi telah divaksin."
Baca Juga: Satgas Covid-19 bagikan 5 informasi penting soal varian Delta di Indonesia
Apakah ini berarti kita harus divaksin berulang kali, sama seperti vaksin flu?
Virus punya "misi" tersendiri: menyebarkan diri ke sebanyak mungkin orang. Oleh karena itulah, mutasi virus adalah hal yang biasa.
"Dari sudut pandang evolusi, virus ini butuh bermutasi supaya dia bisa menyebar ke lebih banyak orang. Virus yang berhasil adalah virus yang menyebar dengan mudah," Trudy Lang, Profesor Kesehatan Global di Oxford University, menjelaskan.
Mutasi virus-virus flu sangat umum terjadi, sampai-sampai komposisi dari vaksin flu ditinjau ulang oleh jejaring badan kesehatan setiap tahun.