Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ada pula berbagai penyakit lain, seperti tetanus, yang membutuhkan dosis booster sepanjang hidup kita. Sejauh ini, virus corona telah berkembang menjadi setidaknya empat varian besar - termasuk yang paling mudah menular, varian Delta.
Varian ini pertama kali teridentifikasi di India dan saat ini menjadi alasan lonjakan kasus di Eropa, Asia, dan Amerika. Statistik menunjukkan, vaksinasi manjur melawan Delta.
Sebagai contoh, data terakhir dari Layanan Kesehatan Inggris menunjukkan bahwa 82 persen dari seluruh pasien yang terinfeksi varian ini di antara Februari sampai Juni dan membutuhkan perawatan di rumah sakit belum divaksin atau baru divaksin satu dosis.
Oleh karena itu, Layanan Kesehatan Inggris (NHS) telah merencanakan dosis ketiga atau booster vaksin sebelum musim dingin, yang akan diberikan kepada lebih dari 30 juta orang.
Baca Juga: Catat, Covid-19 sebabkan masalah pada sistem pencernaan
Di Amerika Serikat, Institut Kesehatan Nasional telah memulai uji klinis dengan orang-orang yang sudah divaksin penuh untuk mempelajari apakah suntikan booster akan menambah antibodi dan memperpanjang proteksi.
Kenyataannya, para ilmuwan masih belum tahu berapa lama imunitas dari vaksin Covid-19 yang ada sekarang bisa bertahan. Ini disebabkan, seluruh vaksin masih baru dan para peneliti masih menganalisis respons imun tubuh pada tipe-tipe vaksin berbeda.
"Belum ada yang tahu apakah kita butuh vaksin secara terus-menerus," ujar Profesor Heymann.
"Covid-19 adalah virus yang berbeda dengan flu, dan merupakan kesalahan membuat orang berpikir sebaliknya pada saat ini."