Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Anthony Fauci, pensiunan pejabat tinggi dalam tanggapan Amerika Serikat terhadap pandemi Covid-19, mengatakan pada Minggu dalam "Meet the Press", mengkritik tanggapan keras pemerintah China terhadap Covid-19. Kebijakan nol-Covid di Negeri Panda itu telah memicu aksi protes besar-besaran.
"Pendekatan mereka sangat, sangat parah dan agak kejam dalam jenis penutupan tanpa tujuan yang jelas," kata Fauci kepada pembawa acara Chuck Todd.
Mengutip Politico, Ashish Jha, koordinator tanggapan Covid-19 Gedung Putih, menambahkan pada hari Minggu di "Minggu Ini" ABC bahwa "penguncian dan nol Covid akan sangat sulit untuk dipertahankan."
Pejabat pemerintah China, di bawah Presiden Xi Jinping, telah mengadopsi kebijakan "nol Covid" terhadap penyakit tersebut, yang mengakibatkan penguncian yang meluas dan pembatasan perjalanan dalam beberapa hari terakhir.
Senator Chris Murphy, anggota Komite Hubungan Luar Negeri, mengatakan pada hari Minggu di "State of the Union" CNN bahwa dia belum tahu apakah protes tersebut akan menjadi ancaman nyata terhadap kepemimpinan Xi Jinping.
“Para diktator ini sayangnya memiliki cara yang cukup canggih untuk tetap berkuasa,” kata Murphy.
Baca Juga: Covid Mengamuk, Prospek Ekonomi China Kembali Terpuruk
Aksi protes meluas
Ratusan pengunjuk rasa dan polisi mengalami bentrokan hebat di Shanghai pada Minggu (27/11/2022) malam. Hal ini terjadi ketika aksi unjuk rasa atas anti-lockdown atau pembatasan COVID-19 yang ketat di China semakin meluas untuk hari ketiga.
Melansir Reuters, gelombang unjuk rasa penduduk sipil belum pernah terjadi sebelumnya di China daratan sejak Presiden Xi Jinping mengambil alih kekuasaan satu dekade lalu. Namun, akhirnya, rasa frustasi masyarakat meningkat atas kebijakan nol-COVID China yang hampir tiga tahun diberlakukan sejak pandemi.
Langkah-langkah kebijakan COVID juga menimbulkan kerugian besar pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
"Saya di sini karena saya mencintai negara saya, tetapi saya tidak mencintai pemerintah saya... Saya ingin dapat keluar dengan bebas, tetapi saya tidak bisa. Kebijakan COVID-19 kami adalah permainan dan tidak berdasarkan pada sains atau kenyataan," kata seorang pengunjuk rasa di pusat keuangan bernama Shaun Xiao.
Baca Juga: Kasus COVID-19 Tembus Rekor, Prospek Ekonomi China Semakin Gelap
Para pengunjuk rasa juga turun ke jalan-jalan di kota Wuhan dan Chengdu pada hari Minggu. Sementara mahasiswa di berbagai kampus universitas di seluruh China berkumpul untuk berdemonstrasi selama akhir pekan.
Pada Senin dini hari di Beijing, dua kelompok pengunjuk rasa yang berjumlah setidaknya 1.000 orang berkumpul di sepanjang Jalan Lingkar ke-3 ibu kota China dekat Sungai Liangma, dan menolak untuk bubar.
"Kami tidak ingin masker, kami ingin kebebasan. Kami tidak ingin tes COVID, kami ingin kebebasan," teriak salah satu kelompok sebelumnya.