Sumber: Yahoo News,Al Jazeera | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Militer Rusia mengklaim telah dua kali melepaskan rudal hipersonik dalam invasinya ke Ukraina. Serangan tersebut berhasil menghancurkan depot senjata yang dilakukan selama sebulan lamanya.
Pada hari Sabtu (19/3/2022), Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menyerang sebuah rudal bawah tanah dan gudang amunisi di sebuah desa yang berbatasan dengan Rumania. Dan pada hari Minggu (20/3/2022), mereka telah menghancurkan sebuah depot bahan bakar di dekat kota selatan Mykolaiv.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Igor Konashenkov mengklaim, serangan itu menggunakan rudal hipersonik Kinzhal, atau "belati" terbarunya, di Ukraina.
“Sistem rudal penerbangan Kinzhal dengan rudal aeroballistik hipersonik menghancurkan gudang bawah tanah besar yang berisi rudal dan amunisi penerbangan di desa Deliatyn di wilayah Ivano-Frankivsk,” klaim Konashenkov seperti yang dikutip dari Yahoo News.
RIA Novosti, kantor berita negara Rusia, mengatakan serangan itu adalah pertama kalinya senjata generasi berikutnya digunakan sejak pasukan Rusia dikerahkan ke Ukraina pada 24 Februari.
Baca Juga: Rusia Gempur Ukraina dengan Rudal Jelajah Kalibr, Begini Kemampuannya
Namun, pada 9 Maret, Garda Nasional Ukraina membagikan gambar rudal hipersonik yang tidak meledak di kota Kramatorsk di wilayah Donetsk yang memisahkan diri. Laporan tidak memverifikasi apakah itu rudal "belati".
Senjata ideal
Rudal canggih, yang sebelumnya digambarkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai “senjata ideal,” adalah salah satu dari beberapa senjata baru yang dia luncurkan dalam pidato kenegaraannya pada tahun 2018.
Selama pidato itu, Putin membual bahwa rudal itu bisa mengenai hampir semua titik di seluruh dunia dan menghindari perisai pertahanan rudal Amerika Serikat.
Diyakini bahwa Rusia pertama kali menggunakan senjata hipersonik untuk mendukung Bashar Assad selama perang saudara Suriah pada tahun 2016, meskipun belum dikonfirmasi apakah itu model Kinzhal yang tepat.
Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina Bisa Tekan Pertumbuhan Ekonomi Global
Rudal tersebut, yang dirancang untuk diluncurkan dari jet tempur MiG, dapat terbang dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, dan tidak seperti rudal lainnya, dapat mengubah arah selama penerbangannya, sehingga sistem pertahanan udara tidak mungkin menembak jatuhnya.
Rudal Kinzhal juga dapat digunakan untuk mengirimkan senjata nuklir.
Untuk perbandingan, jika rudal jelajah Tomahawk AS dapat melakukan perjalanan secepat 550 mph, Kinzhal dapat melakukan perjalanan pada 7.672 mph.
Angkatan Laut Prancis dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris sejak 2011 telah bersama-sama mengembangkan rudal hipersonik mereka sendiri, yang diharapkan akan selesai pada tahun 2030.
Pejabat Ukraina telah mengkonfirmasi serangan Rusia selama akhir pekan tetapi mengatakan jenis rudal yang digunakan tidak dikonfirmasi.
Mengapa Rusia menggunakan rudal hipersonik?
Melansir Al Jazeera, keberhasilan penggunaan rudal hipersonik Kinzhal berarti Rusia menjadi negara pertama yang menggunakannya dalam pertempuran.
Namun, ada satu pertanya yang muncul. Mengapa Rusia menggunakan senjata semahal ini ketika rudal balistik tradisional dapat melakukan pekerjaan dengan mudah dengan risiko kegagalan yang lebih kecil?
Baca Juga: Veteran Perang Suriah Menyatakan Siap Membantu Pasukan Rusia di Ukraina
Konflik digunakan sebagai tempat pengujian senjata baru dalam kondisi yang realistis. Dalam tes uji coba normal, data hasil tes hanya diketahui berdasarkan perkiraan. Akan tetapi, dalam pertempuran, hanya ada keberhasilan atau kegagalan.
Pengujian semacam inilah yang sangat berharga karena keberhasilan dapat dimanfaatkan dan kegagalan dapat diperbaiki dengan cepat.