Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Applied Materials Inc membeli Kokusai Electric dari KKR & Co. dalam kesepakatan sekitar 250 miliar yen atau setara dengan US$ 2,3 miliar. Hal ini terungkap dari seorang sumber yang menolak untuk membuka identitasnya.
Mengutip Bloomberg pada Senin (1/7), Perusahaan investasi KKR membeli Kokusai Electric yang dulunya meruapkan unit produsen ponsel dan peralatan nirkabel Jepang Hitachi Ltd. Penawaran tender ini berlangsung pada pada 2017 lalu.
Selanjutnya, KKR mengajukan penawaran yang menilai Kokusai Electric seharga US$ 3 miliar. Meskipun belum jelas detail penawaran ini, akhirnya KKR dibayar atas penawaran yang telah dibuat.
Seorang wakil KKR menolak berkomentar. Perwakilan Applied Materials Inc tidak segera menanggapi permintaan komentar. Applied Materials Inc sendiri merupakan produsen mesin semikonduktor. Applied Materials Inc mendominasi pasar untuk peralatan yang terlibat dalam tahap awal mengubah wafer silikon menjadi chip komputer. Pelanggan utamanya adalah Samsung Electronics Co, Intel Corp dan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co.
Applied Materials, yang berbasis di Santa Clara, California Amerika Serikat (AS) melanjutkan lonjakan pertumbuhan penjualan di bawah Chief Executive Officer Gary Dickerson. Dibawah pimpinan eksekutif baru, pembuat chip memesan lebih banyak mesin untuk membantu menyelesaikan peningkatan kompleksitas pembuatan semikonduktor.
Industri pembuatan chip senilai US $ 470 miliar telah berkonsolidasi dengan cepat selama setengah dekade terakhir. Hal ini memberikan tekanan pada pemasok seperti Applied Materials Inc untuk meningkat produksi.
Applied Materials Inc berusaha untuk bergabung dengan Tokyo Electron pada tahun 2015. Namun kesepakatan itu dibatalkan di tengah pertentangan dari Departemen Kehakiman AS. Dickerson telah berencana untuk pindah ke Jepang untuk menjalankan perusahaan gabungan.
Kesepakatan yang diusulkan oleh Applied Materials Inc untuk membeli Kokusai Electric, yang sebelumnya dilaporkan oleh surat kabar Nikkei, juga kemungkinan akan menghadapi pengawasan dari regulator.