Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Arab Saudi melakukan manuver untuk mendorong harga minyak hingga setidaknya US$ 80 per barel tahun ini, bergeser dari peran jangka panjangnya sebagai kekuatan stabilisasi di pasar energi global.
Mengutip Wall Street Journal, Jumat (4/5), Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, penguasa sehari-hari negara tersebut, berada di belakang langkah menaikkan harga minyak, yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan karena pemerintahnya berusaha melakukan perbaikan ekonomi yang luas.
Saudi telah membantu mendorong harga minyak naik hampir 50% dalam satu tahun terakhir menjadi hampir US$ 74 per barel pada hari Jumat untuk minyak mentah Brent, dengan rekayasa pemotongan produksi besar dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Rusia.
Dengan bertujuan untuk memaksa harga lebih tinggi, Pangeran Mohammed melangkah menjauh dari langkah yang telah menentukan hubungan luar negeri kerajaan selama beberapa dekade, yakni menawarkan stabilitas harga minyak dengan imbalan bantuan keamanan dari AS dan konsumen energi besar lainnya.
Langkah mendorong kenaikan harga minyak ini muncul seiring dengan munculnya produsen minyak serpih AS, berkurangnya selera AS untuk aksi militer Timur Tengah dan ambisius, serta agenda mahal dari putra mahkota berusia 32 tahun untuk memodernkan kerajaannya.
"Tidak ada niat apa pun dari Arab Saudi untuk melakukan apa saja untuk menghentikan reli dalam harga minyak. Inilah yang diinginkan kerajaan," kata seorang pejabat senior pemerintah Saudi, yang mengutip estimasi $ 80 juta, dilansir dari Wall Street Journal.
Untuk setiap dolar yang harga minyak naik, Arab Saudi mendapat sekitar US$ 3,1 miliar per tahun dalam pendapatan tambahan, menurut Rapidan Energy Group, sebuah perusahaan konsultan berbasis Washington. Infus uang tunai itu datang ketika ekonomi Saudi mengalami masa sulit yang menunjukkan betapa ketergantungannya pada minyak.
Ekonomi Saudi sendiri mengalami kontraksi pada 2017 dan diperkirakan akan semakin kesulitan hingga 1,7% pada tahun 2018, sebagian besar karena Arab Saudi telah memangkas produksi minyak dengan OPEC, menurut Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF).
Kenaikan harga minyak jelas mendorong pemulihan ekonomi secara bertahap. Ekspor minyak mentah Saudi telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir tetapi turun secara signifikan dari 2016.
Lebih banyak pendapatan minyak juga akan memberi waktu dan uang kepada Pangeran Muhammad untuk melangkah lebih lambat dengan reformasi ekonomi lainnya.