Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Platform analitik blockchain Arkham Intelligence mengklaim telah mengungkap peretasan kripto terbesar dalam sejarah secara retroaktif.
Melansir laman Cointelegraph Senin (4/8/2025), peretasan ini terjadi pada sebuah mining pool Bitcoin asal China bernama LuBian, yang mengalami kebobolan pada akhir 2020.
Baca Juga: Bursa Kripto Menilai Transisi Pengawasan Perdagangan Kripto ke OJK Berjalan Lancar
Menurut Arkham, insiden tersebut terjadi pada 28 Desember 2020 dan menyebabkan LuBian kehilangan sebanyak 127.426 Bitcoin.
Jika dihitung dengan harga pasar saat ini, kerugian tersebut setara dengan sekitar US$ 14,5 miliar (sekitar Rp 233 triliun). Namun, pada saat kejadian, nilai Bitcoin yang dicuri ditaksir sekitar US$ 3,5 miliar.
Arkham menyebutkan bahwa operator mining pool tersebut masih berhasil menyelamatkan 11.886 BTC dengan segera memindahkan aset ke beberapa alamat dompet yang berbeda. Hingga kini, aset tersebut masih dalam penguasaan LuBian.
Peretasan diduga dilakukan melalui serangan brute-force yang berhasil mengungkap private key dari dompet milik mining pool tersebut.
Kunci privat itu diketahui dibuat oleh algoritma yang ternyata tidak aman, sehingga membuka celah bagi peretas untuk membobolnya.
Baca Juga: OJK Resmi Awasi Aset Kripto, Pelaku Industri Harap Ruang Inovasi Lebih Luas
Temuan Arkham ini mengemuka hampir lima tahun setelah insiden terjadi, menyoroti tantangan besar dalam keamanan dompet kripto dan pentingnya audit keamanan menyeluruh terhadap infrastruktur blockchain, bahkan pada entitas besar seperti mining pool.