Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Rusia Vladimir Putin telah menempatkan 80% dari pasukan yang telah dia kumpulkan dalam posisi untuk melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang pejabat senior pertahanan AS, Rabu (23/2/2022).
"Mereka sudah siap semampunya," kata pejabat itu kepada wartawan, yang berbicara tanpa menyebut nama seperti yang dilansir Reuters.
Pernyataan itu menambah kesan kemungkinan serangan militer Rusia, menantang gagasan bahwa Washington mengharapkan Putin untuk berhenti setelah mengakui kemerdekaan dua wilayah pemberontak Ukraina yang didukung Moskow minggu ini.
"Mereka telah meningkatkan kesiapan mereka ke titik di mana mereka benar-benar siap untuk menyerang - sekarang - jika mereka mendapatkan perintah," kata pejabat itu, tanpa memberikan bukti untuk mendukung pernyataan tersebut.
Baca Juga: Kerahkan Pasukan Rusia ke Ukraina Timur, Putin Dapat Lampu Hijau dari Parlemen
Amerika Serikat telah menilai bahwa lebih dari 150.000 pasukan Rusia berkumpul di sekitar Ukraina. Pejabat senior AS mengatakan pasukan Rusia telah mengambil posisi siap. Bahkan beberapa tentara hanya berjarak 5 kilometer (tiga mil) dari perbatasan Ukraina.
Mengutip Reuters, pejabat itu juga mengatakan, pasukan Rusia sebagian besar adalah pasukan darat, termasuk lebih dari 120 batalyon kelompok taktis. Tetapi Putin juga telah mengerahkan lebih dari dua lusin kapal perang di Laut Hitam, termasuk kapal pendarat dengan Marinir di dalamnya, dan menghitung pasukan artileri dan rudal yang signifikan.
Baca Juga: Saat Sanksi Dimulai, Arus Perdagangan Rusia Bergeser ke China
Sampai saat ini, militer Rusia telah mengumpulkan hampir 100% dari pasukan yang diantisipasi Amerika Serikat yang akan dimobilisasi untuk serangan skala besar.
Amerika Serikat merasa terganggu oleh adanya indikasi Rusia berencana untuk memobilisasi pasukan cadangannya.
"Kami memiliki indikasi bahwa mereka berencana untuk menggunakan tentara cadangan dan setara dengan Garda Nasional dan itu mengkhawatirkan," kata pejabat itu.
