Sumber: The Moscow Times | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WINA. Amerika Serikat (AS) dan Rusia pada Senin (22/6) membuka pembicaraan tentang perjanjian nuklir besar mereka. Tetapi, bagi beberapa pengamat, itu mungkin hanya awal dari akhir.
Pemerintahan Presiden Donald Trump bersikeras, tapi tidak berhasil, mengajak China bergabung dengan diskusi di Wina mengenai New START, perjanjian yang membatasi hulu ledak nuklir AS dan Rusia.
New START berakhir pada 5 Februari 2021, menghadirkan tenggat waktu yang sangat ketat untuk memperbarui kesepakatan yang rumit, apalagi menegosiasikan perjanjian baru yang melibatkan kekuatan ketiga.
Marshall Billingslea, Utusan Nuklir AS, telah meningkatkan tekanan terhadap China, mengatakan, perannya akan menjadi faktor dalam menentukan, apakah pembicaraan di Wina konstruktif atau tidak.
Baca Juga: Tolak resolusi nuklir, Iran: Mereka yang buat keputusan akan pikul konsekuensinya!
China, yang persenjataan nuklirnya berkembang pesat tetapi masih jauh lebih sedikit dari program-program AS dan Rusia, berulang kali menolak untuk ambil bagian, di tengah ketegangan dengan Trump di berbagai bidang.
Menurut Daryl Kimball, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata, kelompok riset yang berbasis di Washington, desakan untuk memasukkan China menunjukkan, Pemerintahan Trump tidak serius.
"Satu-satunya kesimpulan yang saya bisa ambil adalah, Marshall Billingslea dan Pemerintahan Trump tidak bermaksud untuk memperpanjang New START," katanya seperti dikutip The Moscow Times.
"Dan berusaha untuk menunjukkan ketertarikan China dalam pembicaraan kontrol senjata trilateral sebagai alasan sinis untuk memungkinkan New START berakhir," ujar Kimball.
Baca Juga: Ini 9 negara pemilik 13.400 hulu ledak nuklir, siapa yang paling banyak?
Pemerintahan Trump telah meninggalkan dua perjanjian dengan Rusia, yakni Kesepakatan Open Sky dan Kesepakatan Angkatan Nuklir Jarak Menengah (INF).
Rusia, yang dalam pembicaraan di Wina akan dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov, telah mengusulkan perpanjangan New START untuk memberikan waktu bernegosiasi.
Peta kekuatan nuklir AS, Rusia, dan China