kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AS dan Rusia mulai pembicaraan nuklir, siapa paling banyak punya hulu ledak?


Senin, 22 Juni 2020 / 15:15 WIB
AS dan Rusia mulai pembicaraan nuklir, siapa paling banyak punya hulu ledak?


Sumber: The Moscow Times | Editor: S.S. Kurniawan

Namun, mengutip The Moscow Times, Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov, menyatakan, "sangat pesimis, karena untuk saat ini dia tidak melihat tanda-tanda positif dalam pembicaraan New START".

New START, warisan Perang Dingin yang versi terakhirnya dinegosiasikan oleh Presiden Barack Obama, memungkinkan AS dan Rusia untuk menggunakan tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir dan mengurangi setengah jumlah peluncur rudal nuklir strategis.

Rusia, yang persenjataan nuklirnya merupakan elemen kunci kekuatan, ingin memastikan kesetaraan dengan AS. Moscow juga menginginkan diskusi yang lebih luas dengan Washington mengenai pengendalian senjata, termasuk tentang ancaman AS untuk melanjutkan uji coba nuklir setelah hampir tiga dekade.

Billingslea mengatakan bulan lalu, AS tidak hanya memperhatikan China tetapi Rusia dan menuduh Moskow memodernisasi ribuan senjata nuklir "non-strategis" yang berada di luar New START.

Baca Juga: Uji coba sukses, kapal selam Prancis siap tembak rudal nuklir sejauh 6.000 km

"Mereka telah mengadopsi doktrin nuklir yang sangat provokatif yang mencakup peningkatan awal dan penggunaan senjata nuklir," kata Billingslea, menyerukan perjanjian penerus untuk menempatkan lebih banyak senjata Rusia di bawah pengawasan.

Fyodor Lukyanov, analis dari Rusia, menyebutkan, Moskow masih percaya dengan New START Baru sebagai cara untuk memastikan kontrol dan transparansi.

"Ini menciptakan tingkat kepercayaan tertentu, betapapun sederhana, yang ada sekarang," sebutnya seperti dilansir The Moscow Times. "Tapi, itu tidak seperti Rusia akan merasa ditinggalkan dan menangis jika perjanjian itu berakhir".

"Kebuntuan atas New START dan runtuhnya perjanjian lain menunjukkan, era perjanjian kontrol senjata nuklir bilateral antara Rusia dan AS mungkin akan berakhir," kata Shannon Kile dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), seperti The Moscow Times lansir.

Baca Juga: China menambah 30 hulu ledak nuklir tahun lalu, kestabilan dunia terancam?

Menurut penelitian terbaru SIPRI, Rusia memiliki 6.375 hulu ledak nuklir dan AS punya 5.800 hulu ledak nuklir. Cina berada di urutan ketiga pemilik terbanyak di dunia dengan 320 hulu ledak nuklir.

Pejabat AS, bagaimanapun, mengatakan, China sedang mengalami ekspansi besar dan perlu transparan jika negeri tembok raksasa ingin mendapat perlakuan sebagai kekuatan utama nuklir dunia.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×