kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS mengaku kalah perang mata uang dengan China?


Rabu, 28 November 2012 / 14:48 WIB
AS mengaku kalah perang mata uang dengan China?
ILUSTRASI. Penawaran umum perdana saham ataiu initial public offering (IPO) PT Waskita Karya Tbk di Wisma Sudirman, Jakarta, Kamis (13/12). BUMN konstruksi ini menawarkan 3,082 miliar saham dengan harga Rp 380 per saham. KONTAN/Daniel Prabowo/13/12/2012


Reporter: Dyah Megasari |

NEW YORK. Perang mata uang antara China dan Amerika Serikat (AS) belum usai. Namun, dalam perseteruan ini, Paman Sam akhirnya sedikit melunak.

Pemerintah AS memutuskan untuk tidak menuding dan menyebut Beijing sebagai manipulator mata uang demi mendapatkan keuntungan perdagangan dengan cara licik.

Meski begitu, Departemen Keuangan AS tetap menilai bahwa yuan masih undervalued atau cenderung bergerak di bawah pasar. Oleh sebab itu AS tetap meminta otoritas China meninjau ulang dan menaikkan mata uangnya lebih lanjut dan mengikuti mekanisme pasar.

Dalam laporan semi tahunan, Departemen Keuangan AS memastikan, China tidak memenuhi kriteria untuk disebut sebagai manipulator mata uang. Jika kriteria itu terbukti, ada sanksi perdagangan yang diberikan AS terhadap China.

AS tetap mengkritik, nilai tukar yuan yang rendah membuat nilai ekspor China menjadi lebih murah di negeri orang.

"Otoritas China secara substansial telah mengurangi tingkat intervensi di pasar valuta asing sejak kuartal III 2011. China juga telah mengambil serangkaian langkah-langkah kontrol liberalisasi di pasar modal sebagai bagian dari rencana pembuktian bahwa yuan bergerak lebih fleksibel dan lazim," papar Departemen Keuangan.

Apakah AS mengaku kalah perang mata uang dengan China? Tidak, karena Paman Sam mencatat masih ada ruang yang lebar untuk penguatan yuan lebih lanjut.

Yang pasti, masalah apakah China memanipulasi mata uangnya, adalah isu politik yang penting. Selama ini, perang mata uang menjadi sumber konflik komunikasi antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Sebelumnya, calon presiden AS yang dikalahkan Barrack Obama, Mitt Romney jika terpilih berjanji akan mencap China sebagai manipulator mata uang saat ia menapakkan kaki pada hari pertamanya di bekerja.

Sejak 2005, China memiliki mata uang yang dikelola. Dalam artian, bank sentral China mematok pergerakan yuan melemah terhadap kebanyakan mata uang utama di pasar global.

Dalam laporannya, Departemen Keuangan menghitung bahwa yuan telah dihargai sebesar 9,3% terhadap dolar AS sejak Juni 2010, sedangkan perdagangan China terus mencatatkan surplus dalam dua tahun terakhir.




TERBARU

[X]
×