Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - AS berencana meningkatkan kehadiran militernya di Timur Tengah untuk mencegah perang Israel-Hamas meluas ke wilayah lain. AS juga akan berusaha menahan potensi keterlibatan Iran dalam konflik tersebut.
Saat ini kapal induk USS Gerarld R. Ford milik AS telah di tiba di Laut Mediterania untuk memantau situasi. Dalam sepuluh hari ke depan, satu kapal induk lain kabarnya akan segera menyusul.
Pihak Gedung Putih menegaskan bahwa armada militer mereka yang ada di Mediterania tidak akan digunakan secara aktif. Hal ini berarti militer AS hanya akan memberikan dukungan untuk melindungi kepentingan keamanan nasional AS jika diperlukan.
Baca Juga: Mahmoud Abbas: Tindakan Hamas Tidak Mewakili Rakyat Palestina
Armada tersebut juga akan memberikan dukungan kepada sejumlah pangkalan militer AS di Timur Tengah dengan pasukan, pesawat tempur, dan kapal perang jika memang nantinya dibutuhkan.
"Segala upaya akan dilakukan untuk menghentikan konflik ini menjadi konflik regional. Jika hal ini terjadi, hal ini akan menyedot sumber daya AS secara besar-besaran," kata seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama kepada Reuters.
Baca Juga: Inggris Kirim Kapal Militer Hingga Pesawat Pengintai untuk Membantu Israel
Mencegah Keterlibatan Iran
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Minggu (15/10) menyampaikan pesan terbuka kepa Iran. Blinken menegaskan bahwa AS siap mendukung Israel jika Iran mulai mengganggu keamanan Israel.
Terkait pengerahan dua kapal induk, Blinken mengatakan bahwa tidak ada tujuan provokasi dalam langkah tersebut. AS hanya berusaha mengirimkan pesan pencegahan yang sangat jelas bahwa tidak ada seorang pun yang boleh memperluas konflik ini dengan cara apa pun.
Baca Juga: Paket Amunisi AS Tiba di Israel, Kapal Induk Gerald R. Ford Tiba di Laut Mediterania
Ketika ditanya apakah AS dapat memberikan dukungan udara di Israel utara, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa pemerintah belum memiliki rencana untuk itu.
"Tidak ada rencana atau niat saat ini. Meskipun demikian, kami menganggap serius kepentingan keamanan nasional kami dan kami memiliki kekuatan militer yang besar di kawasan untuk melindungi dan membela kepentingan tersebut bila diperlukan," kata Kirby.