Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) mengecam langkah Iran yang meningkatkan pengayaan uranium sebagai "pemerasan nuklir" dan melanggar pakta nuklir 2015 dengan negara-negara besar.
Bahkan, Departemen Luar Negeri AS menyebutkan, tindakan Iran tersebut mungkin mempersulit upaya Presiden AS terpilih Joe Biden untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir itu.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan, pengayaan uranium oleh Iran hingga 20% di fasilitas Fordow adalah upaya yang jelas untuk meningkatkan kampanye pemerasan nuklirnya, upaya yang akan terus gagal".
"Kami memiliki keyakinan, IAEA akan memantau dan melaporkan setiap aktivitas nuklir baru Iran," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengacu pada Badan Energi Atom Internasional, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Iran lanjutkan pengayaan 20% uranium, meski langgar perjanjian
Pemerasan nuklir adalah suatu bentuk strategi nuklir di mana penyerang menggunakan ancaman penggunaan senjata nuklir untuk memaksa musuh melakukan suatu tindakan atau membuat beberapa konsesi.
Di Brussel, juru bicara Komisi Uni Eropa menyatakan, "langkah tersebut, jika benar, akan merupakan penyimpangan yang cukup besar dari komitmen Iran".
Israel tak izinkan Iran produksi senjata nuklir
Pada 1 Januari, IAEA mengatakan, Teheran telah memberi tahu bahwa mereka berencana untuk melanjutkan pengayaan hingga 20% di situs Fordow yang terkubur di dalam gunung.
"Beberapa menit yang lalu, proses produksi 20% uranium yang diperkaya telah dimulai di kompleks pengayaan Fordow," ungkap juru bicara Pemerintah Iran Ali Rabiei kepada media Pemerintah Iran, Senin (4/1), seperti dilansir Reuters.
Baca Juga: Kapal perusak Korea beroperasi di Selat Hormuz, respons penyitaan tanker oleh Iran