Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat kembali menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Kamis (18/9) terhadap rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata permanen, segera, dan tanpa syarat di Gaza serta pencabutan seluruh pembatasan bantuan kemanusiaan oleh Israel.
Rancangan teks tersebut disusun oleh 10 anggota tidak tetap DK PBB dan mendapat 14 suara dukungan, sementara hanya AS yang menolak. Resolusi itu juga menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat seluruh sandera yang ditahan Hamas dan kelompok lain.
Veto ini merupakan keenam kalinya AS menghalangi resolusi terkait perang Gaza yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Baca Juga: Krisis Gaza: 65.000 Tewas, Tank Israel Maju ke Pusat Kota, Jaringan Internet Mati
Krisis Kemanusiaan: Kelaparan Terkonfirmasi di Gaza
Sebelum pemungutan suara, Duta Besar Denmark untuk PBB, Christina Markus Lassen, menekankan urgensi situasi.
“Kelaparan telah terkonfirmasi di Gaza — bukan proyeksi, bukan prediksi, tetapi benar-benar terjadi,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa operasi militer Israel di Gaza City memperparah penderitaan warga sipil. Laporan pemantau kelaparan global bulan lalu menyatakan bahwa Gaza City dan wilayah sekitarnya resmi mengalami kelaparan dan kondisi ini berpotensi menyebar lebih luas.
AS Kembali Lindungi Israel
Tradisi diplomatik AS di PBB adalah melindungi sekutu dekatnya, Israel. Meski pekan lalu Washington sempat mendukung pernyataan DK PBB yang mengecam serangan ke Qatar—tanpa menyebut Israel secara langsung—veto terbaru menunjukkan AS kembali memberi perlindungan penuh kepada Israel.
Diplomat AS Morgan Ortagus menyampaikan:
“Hamas bertanggung jawab memulai dan melanjutkan perang ini. Israel telah menerima syarat-syarat yang bisa mengakhiri perang, tetapi Hamas menolaknya. Perang ini bisa berakhir hari ini jika Hamas membebaskan sandera dan meletakkan senjata.”
Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengakui pihaknya tidak senang dengan pernyataan DK PBB soal serangan ke Qatar. Namun, ia menekankan bahwa tingkat kerja sama Israel dengan AS tetap sangat tinggi.
Agenda Diplomasi Mendatang
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan menyampaikan pidato di Majelis Umum PBB pekan depan.
Usai pertemuan tersebut, Netanyahu akan berkunjung ke Washington pada 29 September untuk bertemu Presiden Donald Trump.
Baca Juga: Israel Perluas Serangan Darat ke Gaza City, Korban Tewas Palestina Tembus 65.000
Selain itu, DK PBB juga akan menggelar pertemuan tingkat tinggi tentang Gaza pada Selasa depan, bertepatan dengan kehadiran para pemimpin dunia di New York.
Latar Belakang Perang Gaza
Perang dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas melancarkan serangan ke Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang, sebagian besar warga sipil.
Sejak itu, serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 64.000 orang di Gaza, juga mayoritas warga sipil, menurut data otoritas kesehatan setempat.