Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada 13 Mei 2025, harga futures Live Cattle Jun ’25 (LEM25) melonjak hingga mencapai US$216.83, mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang sejarah. Sebelumnya, puncak harga kontrak ini berada di sekitar US$170 pada 2014 dan 2015.
Lonjakan harga ini juga turut mendongkrak ETF Sapi dari Wisdom Tree, Cattle Exchange-Traded Fund (LSE: CATL), yang tercatat naik 19,18% pada 2025, dengan harga saat ini sebesar US$8.56, lebih tinggi dibandingkan puncaknya pada akhir 2014 di US$8.38.
Cattle prices hit a new all-time high ߐ°ߥɰߓ pic.twitter.com/MBRInuIEDY — Barchart (@Barchart) May 13, 2025
Meskipun masih berada di bawah harga tertinggi absolutnya di US$11.10 yang tercatat pada 2020, kenaikan ini memperlihatkan betapa pentingnya sektor peternakan dalam dunia investasi.
Baca Juga: Robert Kiyosaki: Sistem Keuangan Saat Ini akan Merampas Kekayaanmu!
Robert Kiyosaki dan Sapi: Perspektif Investasi yang Terkadang Terabaikan
Robert Kiyosaki, pengusaha dan penulis yang terkenal dengan pandangannya tentang emas, perak, dan Bitcoin (BTC), baru-baru ini menarik perhatian dengan salah satu aset yang lebih jarang disebutkan, yaitu sapi.
Dalam wawancara dengan Kitco News pada 22 Februari 2023, Kiyosaki menjelaskan preferensinya terhadap ternak, terutama Wagyu, sebagai instrumen investasi yang potensial.
Meskipun tidak sepopuler emas atau kripto, sapi telah menjadi salah satu pilihan investasi yang menarik di tengah ketidakpastian ekonomi dan volatilitas pasar. Kiyosaki mengamati bahwa sektor peternakan, khususnya sapi Wagyu, berpotensi memberikan keuntungan yang signifikan seiring dengan peningkatan harga pangan dan komoditas pertanian.
Baca Juga: Toyota, Honda, dan Nissan Hengkang dari Pasar AS, Robert Kiyosaki Beri Peringatan Ini
Faktor Penyebab Kenaikan Harga Sapi
Kenaikan harga sapi yang sangat signifikan pada 2025 tidak datang tanpa alasan. Ada beberapa faktor makroekonomi dan kondisi global yang mempengaruhi harga komoditas ini, antara lain:
-
Inflasi dan Biaya Pakan yang Meningkat
Sejak 2020, inflasi yang tinggi dan harga pakan yang meningkat telah menekan margin keuntungan peternak. Biaya produksi yang lebih mahal mengakibatkan pengurangan jumlah ternak yang diproduksi, memperburuk ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. -
Krisis Iklim dan Kekeringan Berkepanjangan
Kekeringan yang berkepanjangan di berbagai wilayah, terutama di Amerika Serikat, mengurangi pasokan pakan ternak dan memperburuk kondisi peternakan. Bencana alam dan cuaca ekstrim juga semakin sering terjadi, mempengaruhi ketahanan sektor pertanian dan peternakan. -
Pembatasan Impor Akibat Serangan Hama
Dalam beberapa bulan terakhir, wabah New World Screwworm, hama yang memakan daging, menginfeksi ternak di beberapa bagian AS. Hal ini memaksa Departemen Pertanian AS untuk membatasi impor ternak, yang semakin memperburuk ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan sapi.