kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.355   -190,00   -1,15%
  • IDX 6.869   82,03   1,21%
  • KOMPAS100 995   15,18   1,55%
  • LQ45 764   10,59   1,40%
  • ISSI 223   2,25   1,02%
  • IDX30 395   4,66   1,19%
  • IDXHIDIV20 461   4,56   1,00%
  • IDX80 112   1,50   1,36%
  • IDXV30 114   0,50   0,44%
  • IDXQ30 128   1,96   1,56%

Australia dan YouTube Berselisih soal Larangan Medsos Anak di Bawah 16 Tahun


Selasa, 24 Juni 2025 / 16:50 WIB
Australia dan YouTube Berselisih soal Larangan Medsos Anak di Bawah 16 Tahun
ILUSTRASI. Australia akan jadi negara pertama di dunia yang menjatuhkan denda kepada perusahaan media sosial jika mereka gagal memblokir akses pengguna. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan terjadi antara regulator internet Australia dan YouTube pada Selasa (24/6) setelah Komisioner eSafety mendesak pemerintah untuk mencabut rencana pengecualian terhadap platform video milik Alphabet tersebut dari larangan media sosial bagi remaja di bawah usia 16 tahun.

Perselisihan ini menambah ketidakpastian terhadap peluncuran undang-undang bersejarah pada Desember mendatang.

Undang-undang ini akan menjadikan Australia negara pertama di dunia yang menjatuhkan denda kepada perusahaan media sosial jika mereka gagal memblokir akses pengguna di bawah usia 16 tahun.

Pemerintah Berniat Kecualikan YouTube, Regulator Menolak

Pemerintahan Partai Buruh yang dipimpin Perdana Menteri Anthony Albanese sebelumnya menyatakan niatnya untuk memberi pengecualian kepada YouTube, dengan alasan platform ini banyak digunakan untuk pendidikan dan kesehatan.

Namun, perusahaan teknologi lain seperti Facebook dan Instagram (Meta), Snapchat, dan TikTok menganggap kebijakan ini tidak adil jika hanya YouTube yang dikecualikan.

Baca Juga: Walt Disney dan Youtube Kini Berseteru, Ini yang Menjadi Biang Keroknya

Komisioner eSafety, Julie Inman Grant, menyatakan bahwa dirinya telah menyurati pemerintah untuk menegaskan bahwa tidak seharusnya ada pengecualian saat aturan mulai berlaku.

“Ini bukan pertarungan yang adil ketika menyangkut anak-anak kita dan situs media sosial,” kata Inman Grant saat berbicara di National Press Club di Sydney.

YouTube Paling Banyak Laporkan Konten Berbahaya untuk Anak

Menurut riset dari eSafety, sebanyak 37% anak berusia 10 hingga 15 tahun melaporkan pernah melihat konten berbahaya di YouTube — angka tertinggi dibandingkan platform media sosial lainnya.

Inman Grant juga menyoroti penggunaan algoritma rekomendasi dan notifikasi sebagai bentuk “desain adiktif” yang digunakan platform media sosial untuk membuat pengguna tetap online. “YouTube telah sangat mahir dalam menggunakan algoritma ini, membuat pengguna masuk dalam ‘lubang kelinci’ yang sulit mereka hindari,” ujarnya.

YouTube Balas Kritik, Tuduh Regulator Abaikan Data

Menanggapi pernyataan tersebut, YouTube melalui unggahan blog menyebut pernyataan Inman Grant sebagai tidak konsisten dan kontradiktif. YouTube menuding sang komisioner mengabaikan data riset pemerintah sendiri, yang menunjukkan bahwa 69% orang tua menganggap YouTube cocok untuk anak di bawah 15 tahun.

Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Aplikasi YouTube Tidak Bisa Dibuka beserta Penyebabnya

“Komisioner eSafety memilih untuk mengabaikan data ini, keputusan pemerintah Australia, serta bukti lain dari guru dan orang tua yang mendukung penggunaan YouTube untuk pengguna muda,” tulis Rachel Lord, Manajer Kebijakan Publik YouTube untuk Australia dan Selandia Baru.

Keselamatan Anak Diutamakan

Saat ditanya soal survei yang mendukung pengecualian YouTube, Inman Grant menegaskan bahwa keselamatan anak-anak akan selalu menjadi prioritas utamanya, “melebihi kepentingan politik atau popularitas.”

Sementara itu, juru bicara Menteri Komunikasi Anika Wells menyatakan bahwa sang menteri sedang mempertimbangkan saran dari regulator online. “Prioritas utama menteri adalah memastikan aturan rancangan ini memenuhi tujuan undang-undang dan melindungi anak-anak dari bahaya media sosial,” ujarnya.

Selanjutnya: Dana Kelolaan Ekosistem Islam BSI Tumbuh 12,81% Menjadi Rp13 Triliun per Mei 2025

Menarik Dibaca: 4 Teh Herbal yang Baik Diminum Sebelum Berhubungan Intim, Bikin Berstamina




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×