kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Australia memaksa Facebook dan Google berbagi pendapatan iklan dengan media lokal


Senin, 20 April 2020 / 09:49 WIB
Australia memaksa Facebook dan Google berbagi pendapatan iklan dengan media lokal
ILUSTRASI. Australia akan segera terbitkan aturan yang mewajibkan Facebook dan Google berbagi pendapatan iklan dengan perusahaan media lokal. REUTERS/Regis Duvignau/Illustration/File Photo


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Australia akan meloloskan undang-undang yang mewajibkan Facebook Inc dan Google Alphabet Inc untuk berbagi pendapatan iklan dengan perusahaan media lokal. Hal tersebut dikatakan bendahara negara tersebut pada hari Senin (20/4). 

Bendahara Josh Frydenberg mengatakan dalam sebuah pernyataan, langkah itu dilakukan setelah pembicaraan dengan Facebook dan Alphabet gagal menghasilkan kesepakatan untuk mengatasi keluhan para pemain media domestik bahwa raksasa teknologi terlalu mencengkram iklan sebagai sumber utama pendapatan mereka.

Baca Juga: Aplikasi meeting online booming, Verizon sepakat akuisisi BlueJeans US$ 500 juta

"Pada masalah mendasar pembayaran untuk konten, yang dicari untuk diselesaikan, tidak ada kemajuan berarti," kata bendaharawan di surat kabar The Australian.

Pasar iklan online Australia bernilai hampir A $ 9 miliar (US$ 5,72 miliar) setahun dan telah tumbuh lebih dari delapan kali lipat sejak 2005, tulis Frydenberg. Untuk setiap A $ 100 yang dihabiskan untuk iklan online di Australia, tidak termasuk iklan baris, hampir sepertiga masuk ke Google dan Facebook.

Desember lalu, Australia mengatakan Google dan Facebook harus menyetujui aturan baru untuk memastikan mereka tidak menyalahgunakan kekuatan pasar mereka dan merusak persaingan, atau pemerintah akan memberlakukan kontrol baru.

Pada hari Senin Frydenberg mengatakan pemerintah sekarang telah meminta pengawas kompetisi negara itu, Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) untuk mengembangkan kode etik wajib antara outlet media dan platform digital.

Baca Juga: Perangi hoaks corona, Facebook akan kirim pesan ke pengunggah konten palsu

Rencana awal untuk membuat menerapkan kebijakan sukarela pada bulan November telah dibatalkan, kata Frydenberg. ACCC akan menyerahkan rancangan beleid itu pada Juli, untuk disahkan menjadi undang-undang segera sesudahnya, katanya.

"Masalahnya adalah beberapa informasi yang mereka berikan kepada konsumen gratis datang dari orang-orang yang telah menginvestasikan banyak uang dalam jurnalisme dan media untuk menyediakan konten itu," kata Ketua ACCC Rod Sims kepada Australian Broadcasting Corporation .

Facebook menyatakan kecewa atas langkah pemerintah pada hari Senin. “Kami kecewa dengan pengumuman pemerintah, terutama karena kami telah bekerja keras untuk memenuhi tenggat waktu yang disepakati,” kata Facebook.

Baca Juga: Merasa dapat pelayanan buruk di RS, pria ini doakan tenaga medis terinfeksi corona

"Kami telah menginvestasikan jutaan dolar secara lokal untuk mendukung penerbit Australia melalui pengaturan konten, kemitraan, dan pelatihan untuk industri ini," kata Direktur Pelaksana Facebook Australia dan Selandia Baru Will Easton dalam pernyataan emailnya.

Google mengatakan akan terus bekerja sama dengan rencana kode etik media. “Kami telah berupaya untuk bekerja secara konstruktif dengan industri, ACCC dan pemerintah untuk mengembangkan kode etik, dan kami akan terus melakukannya dalam proses revisi yang ditetapkan oleh Pemerintah hari ini,” kata juru bicara Google.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×