Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan, utusan AS untuk Korea Utara akan mengunjungi Seoul pekan depan untuk bertemu dengan rekan-rekan Korea Selatan guna membahas tanggapan internasional terhadap peluncuran rudal balistik antarbenua.
Mengutip Reuters, Jumat (15/4), perwakilan khusus AS Sung Kim mengatakan dia terbuka untuk berbicara dengan Korea Utara kapan saja dan tanpa prasyarat. Tetapi Pyongyang sejauh ini menolak tawaran itu, menuduh Washington mempertahankan kebijakan bermusukan seperti sanksi dan latihan militer.
Bulan lalu Korea Utara menembakkan uji coba ICBM untuk pertama kalinya sejak 2017, dan pejabat AS dan Korea Selatan mengatakan ada tanda-tanda bahwa mereka juga bersiap untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir.
Kim, dan wakilnya, Jung Pak, akan bertemu dengan pejabat Korea Selatan, termasuk utusan nuklir Noh Kyu-duk, selama kunjungan lima hari mulai Senin, kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Pertama Kali Sejak 2017, AS Kirim Kapal Induk ke Semenanjung Korea
Kunjungan tersebut menggarisbawahi komitmen AS dan Korea Selatan untuk kerjasama erat yang sedang berlangsung pada masalah Korea Utara karena mereka "berusaha untuk memajukan denuklirisasi lengkap dan perdamaian permanen di Semenanjung Korea," kata pernyataan itu.
Amerika Serikat mendorong Dewan Keamanan PBB untuk memberikan sanksi lebih lanjut kepada Korea Utara atas peluncuran rudal balistik barunya dengan melarang tembakau, mengurangi separuh ekspor minyak ke negara itu dan memasukkan daftar hitam kelompok peretas Lazarus, menurut rancangan resolusi yang ditinjau oleh Reuters.
Presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk-yeol, seorang konservatif yang akan menjabat pada 10 Mei, telah menyerukan hubungan yang lebih kuat dengan Amerika Serikat untuk menghalangi Korea Utara.
Calonnya untuk menteri unifikasi, yang menangani hubungan dengan Korea Utara, mengatakan pada hari Kamis bahwa pemerintahan Yoon mungkin terlihat "garis keras" dan "hawkish" karena berusaha untuk membangun kemampuan militernya untuk mencegah ancaman Korea Utara dengan lebih baik tetapi dia akan bekerja untuk menciptakan momentum. dialog untuk meredakan ketegangan.