Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Bank Sentral Thailand mengambil langkah agresif untuk meredam volatilitas nilai tukar baht setelah mata uang tersebut menguat ke level tertinggi terhadap dolar AS dalam lebih dari empat tahun. Hal itu disampaikan Gubernur Bank Sentral Thailand Vitai Ratanakorn pada Jumat (26/12/2025).
Sepanjang tahun ini, baht telah menguat sekitar 10,3% terhadap dolar AS, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia. Namun, penguatan tersebut justru menambah tantangan bagi perekonomian Thailand, yang saat ini menghadapi tekanan tarif dari Amerika Serikat, tingginya utang rumah tangga, konflik perbatasan dengan Kamboja, serta ketidakpastian politik menjelang pemilu awal Februari.
“Meski kami telah melakukan intervensi besar-besaran pada paruh kedua tahun ini, upaya tersebut hanya mampu mengurangi fluktuasi,” ujar Vitai kepada wartawan.
Baca Juga: Efek Dolar Loyo: Baht dan Ringgit Melonjak, Bank-Bank Singapura Pesta Rekor
“Kami ingin mengurangi volatilitas. Kami tidak ingin baht menguat hingga merugikan eksportir dan perekonomian,” tambahnya.
Vitai menegaskan bahwa bank sentral tidak menetapkan target nilai tukar tertentu dan tidak dapat memanipulasi mata uang karena terikat perjanjian internasional. Ia menjelaskan, penguatan baht dipicu oleh melemahnya dolar AS, masuknya arus modal asing, serta surplus transaksi berjalan Thailand yang lebih tinggi dari perkiraan.
Sebagai langkah terbaru, bank sentral mulai memperketat pengawasan terhadap arus masuk modal di atas 200.000 dolar AS. Perbankan kini diwajibkan melakukan proses penelaahan yang lebih ketat. “Ini pertama kalinya kami memeriksa tujuan dan dokumen dari arus masuk dana tersebut,” kata Vitai.
Kebijakan ini menyusul langkah sebelumnya untuk mengendalikan perdagangan emas, yang dinilai turut mendorong penguatan baht.
Pada hari yang sama, bank sentral juga mengumumkan skema penjaminan kredit yang diperkirakan dapat meningkatkan penyaluran kredit baru hingga 100 miliar baht (sekitar US$ 3,22 miliar) dalam satu hingga dua tahun ke depan. Program yang akan dimulai pada Januari 2026 ini memberikan jaminan pinjaman hingga 100 juta baht bagi usaha kecil dan menengah, serta hingga 150 juta baht bagi perusahaan besar.
Vitai kembali menegaskan bahwa penurunan suku bunga saja tidak cukup untuk menyelesaikan persoalan struktural ekonomi Thailand. Pekan lalu, bank sentral memangkas suku bunga acuannya untuk kelima kalinya sejak Oktober 2024, dengan total penurunan mencapai 125 basis poin selama periode tersebut.













