kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank Dunia: Kenaikan Harga Minyak Mengancam Pertumbuhan China hingga Indonesia


Rabu, 09 Maret 2022 / 13:50 WIB
Bank Dunia: Kenaikan Harga Minyak Mengancam Pertumbuhan China hingga Indonesia
ILUSTRASI. Dongkrak pompa beroperasi di depan rig pengeboran di ladang minyak di Midland, Texas, AS.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pejabat Bank Dunia menyebutkan, kenaikan harga minyak yang terjadi terus-menerus di tengah perang bisa menghambat pertumbuhan negara pengimpor minyak, seperti China, Indonesia, Afrika Selatan, dan Turki.

Dalam pengarahannya Selasa (9/3), Wakil Presiden Bank untuk Pertumbuhan yang Merata Indermit Gill mengatakan, perang akan menyebabkan kemunduran lebih lanjut terhadap pertumbuhan untuk pasar negara berkembang yang sudah tertinggal.

Pertumbuhan yang sangat lambat juga akan sangat terasa di negara yang masih tertinggal dalam upaya pemulihan dari pandemi Covid-19 serta berjuang di tengah gempuran utang dan inflasi.

Baca Juga: Bantuan Bank Dunia ke Ukraina Segera Cair, Ini Daftar Negara yang Ikut Menyumbang

"Perang telah memperburuk ketidakpastian itu, merugikan orang-orang yang paling rentan di tempat-tempat yang paling rapuh.Terlalu dini untuk mengatakan sejauh mana konflik akan mengubah prospek ekonomi global," ungkap Gill, seperti dikutip Reuters.

Sejauh ini, beberapa negara di Timur Tengah, Asia Tengah, Afrika dan Eropa sangat bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk makanan. Dua negara yang tengah berkonflik tersebut menyumbang lebih dari 20% ekspor gandum global.

Menurut Gill, perkiraan Bank Dunia nantinya akan menunjukkan kenaikan harga minyak sebesar 10% yang berlangsung selama beberapa tahun dapat memotong pertumbuhan di negara berkembang pengimpor minyak. 

Baca Juga: Harga Minyak Makin Memanas, Dibayangi Larangan Impor Minyak Rusia oleh AS

Sebagai catatan, harga minyak naik lebih dari dua kali lipat selama enam bulan terakhir.

"Jika ini berlangsung, minyak bisa memangkas persentase pertumbuhan penuh dari importir minyak seperti China, Indonesia, Afrika Selatan, dan Turki," kata Gill.

Gill menambahkan, Afrika Selatan diperkirakan akan tumbuh sekitar 2% setiap tahun pada 2022 dan 2023 sebelum perang pecah di Eropa. Sementara Turki seharusnya bisa tumbuh 2%-3%, sedangkan China dan Indonesia masing-masing diprediksi tumbuh 5%.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×