Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Bank Dunia merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk tahun 2024 dan 2025 pada Kamis (26/12/2024).
Namun, lembaga tersebut memperingatkan bahwa kepercayaan konsumen dan dunia usaha yang lemah, serta tantangan di sektor properti, akan terus menjadi hambatan bagi pemulihan ekonomi pada tahun mendatang.
Ekonomi terbesar kedua di dunia ini menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2023, terutama akibat krisis properti dan permintaan domestik yang lesu.
Selain itu, kemungkinan kenaikan tarif atas barang-barang China oleh Amerika Serikat, seiring pelantikan Presiden terpilih Donald Trump pada Januari mendatang, juga berpotensi memperlambat pertumbuhan.
Baca Juga: Bank Dunia Mengerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi di Asia Selatan
“Mengatasi tantangan di sektor properti, memperkuat jaring pengaman sosial, dan memperbaiki keuangan pemerintah daerah merupakan langkah penting untuk mendorong pemulihan yang berkelanjutan,” ujar Mara Warwick, Direktur Bank Dunia untuk China.
Ia menambahkan bahwa penting untuk menyeimbangkan antara dukungan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi dan pelaksanaan reformasi struktural jangka panjang.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok tahun 2024 sebesar 4,9%, sedikit meningkat dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,8% pada Juni lalu. Kenaikan ini didukung oleh pelonggaran kebijakan baru-baru ini serta kinerja ekspor jangka pendek yang masih kuat.
Pemerintah China sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% pada tahun 2024, sebuah target yang dinilai masih dapat dicapai.
Sementara itu, proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2025 turun menjadi 4,5%, tetapi angka ini tetap lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 4,1%.
Bank Dunia mencatat bahwa perlambatan pertumbuhan pendapatan rumah tangga dan dampak negatif penurunan harga properti diperkirakan akan terus menekan konsumsi hingga tahun 2025.
Baca Juga: UBS Pangkas Proyeksi PDB China
Sebagai upaya menghidupkan kembali pertumbuhan, pemerintah China telah menyetujui penerbitan obligasi pemerintah khusus senilai 3 triliun yuan (sekitar US$ 411 miliar) untuk tahun depan.
Angka resmi dari langkah ini diperkirakan akan diumumkan pada pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional pada Maret 2025, meskipun kebijakan tersebut masih berpotensi mengalami perubahan.
Di sektor properti, regulator berencana melanjutkan langkah-langkah untuk membendung penurunan lebih lanjut pada tahun 2024. Namun, Bank Dunia menyatakan bahwa pemulihan signifikan di sektor ini kemungkinan baru terjadi menjelang akhir 2025.
Sejak awal 2010-an, kelas menengah di Tiongkok mengalami pertumbuhan pesat, mencakup sekitar 32% dari populasi pada tahun 2021.
Baca Juga: Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Thailand Tahun 2024 Menjadi 2,4%
Meski demikian, Bank Dunia memperkirakan sekitar 55% penduduk China masih berada dalam kategori “tidak aman secara ekonomi,” yang menyoroti pentingnya menciptakan peluang baru bagi masyarakat.