kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.284.000   34.000   1,51%
  • USD/IDR 16.595   -40,00   -0,24%
  • IDX 8.169   29,39   0,36%
  • KOMPAS100 1.115   -0,85   -0,08%
  • LQ45 785   2,96   0,38%
  • ISSI 288   0,88   0,31%
  • IDX30 412   1,48   0,36%
  • IDXHIDIV20 463   -0,53   -0,11%
  • IDX80 123   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 129   -0,13   -0,10%

Bank Dunia Optimistis Ekonomi China & RI Tumbuh 4,8%, Tapi Momentum Bisa Melemah 2026


Rabu, 08 Oktober 2025 / 05:12 WIB
Bank Dunia Optimistis Ekonomi China & RI Tumbuh 4,8%, Tapi Momentum Bisa Melemah 2026
ILUSTRASI. Bank Dunia (World Bank) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China dan Indonesia untuk tahun 2025 menjadi 4,8%. REUTERS/Kim Kyung-Hoon


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Bank Dunia (World Bank) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk tahun 2025 menjadi 4,8% dan meningkatkan perkiraan bagi sebagian besar negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik. 

Namun, lembaga tersebut memperingatkan adanya perlambatan tahun depan akibat rendahnya kepercayaan konsumen dan pelaku usaha serta lemahnya pesanan ekspor baru.

Melansir Reuters, dalam laporan ekonomi dua tahunan untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik yang dirilis Selasa (7/10/2025), Bank Dunia kini memperkirakan ekonomi China akan tumbuh 4,2% pada 2026. Sebelumnya, pada April lalu, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan China akan sebesar 4,0% baik untuk 2025 maupun 2026.

“Pertumbuhan di China, ekonomi terbesar di kawasan ini, diperkirakan akan menurun ... karena perlambatan pertumbuhan ekspor, kemungkinan pengurangan stimulus fiskal seiring meningkatnya utang publik, serta perlambatan struktural yang berkelanjutan,” tulis laporan tersebut.

Bank Dunia memperkirakan kawasan Asia Timur dan Pasifik lainnya akan tumbuh 4,4% pada 2025 — naik 0,2 poin persentase dari proyeksi sebelumnya — dan mempertahankan prediksi pertumbuhan 4,5% untuk 2026.

Lembaga tersebut menilai lemahnya momentum pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya hambatan perdagangan, tingginya ketidakpastian kebijakan ekonomi global, serta perlambatan ekonomi dunia. Faktor ketidakpastian politik dan kebijakan, terutama di Indonesia dan Thailand, turut menambah tekanan.

Baca Juga: Teknologi Bikin Trump Melunak ke China

“Perusahaan-perusahaan mengadopsi pendekatan wait and see, menunda atau mengurangi belanja modal mereka,” tulis Bank Dunia.

Tekanan terhadap pertumbuhan global tahun ini juga disebabkan oleh perubahan besar dalam kebijakan ekonomi Amerika Serikat. Asia, yang menjadi rumah bagi banyak ekonomi berbasis ekspor, terkena imbas dari kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang tidak terduga.

Data bulan September menunjukkan output pabrik dan penjualan ritel China tumbuh paling lemah dalam hampir satu tahun, memperlihatkan bahwa ekonomi negara tersebut masih berjuang untuk pulih sepenuhnya.

Analis memperkirakan Beijing akan meluncurkan stimulus tambahan untuk mencegah perlambatan tajam dan menjaga target pertumbuhan tahunan pemerintah di kisaran “sekitar 5%”.

Bank Dunia juga mendesak negara-negara di kawasan agar tetap fokus pada prospek jangka panjang. Menurut lembaga itu, mendukung pertumbuhan jangka pendek melalui stimulus fiskal mungkin memberikan manfaat yang kurang berkelanjutan dibandingkan dengan reformasi domestik yang lebih mendalam.

Baca Juga: Bank Sentral China Memperpanjang Pembelian Emas untuk Bulan ke 11




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×