Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Australia sekarang memiliki hampir 800 kasus COVID-19. Pemerintah pun menutup perbatasannya dan melarang pertemuan publik besar-besaran untuk mencegah penyebaran lebih luas.
"RBA sepenuhnya menyadari masalah likuiditas dan dengan pengendalian kurva imbal hasil, mereka berencana untuk membeli jumlah obligasi yang tidak terbatas," kata Jonathan Sheridan, kepala strategi investasi di FIIG.
"Pemerintah harus mendanai ini dengan respon fiskal. Mereka harus melakukan lebih banyak dan mereka harus mengeluarkan lebih banyak obligasi sehingga RBA dapat membeli obligasi yang bertenor pendek untuk mempertahankan hasil di 0,25%," imbuh Sheridan.
Baca Juga: Jokowi sebut pertumbuhan ekonomi tahun ini bakal meleset dari target
Pemerintah diperkirakan akan meluncurkan paket stimulus fiskal kedua dalam beberapa hari ke depan.
RBA memangkas suku bunga ke level terendah sepanjang masa 0,25% pada hari Kamis lalu setelah pertemuan di luar jadwal. Bank sentral mengungkapkan akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menjaga yield obligasi pemerintah tiga tahun tetap rendah.
Stimulus RBA datang ketika bank sentral global mengambil langkah yang belum pernah terjadi minggu ini untuk menyokong pasar keuangan. Likuiditas triliunan dolar mengucur, bergabung dengan stimulus pemerintah dalam upaya mengurangi dampak virus corona.
Namun, langkah-langkah kebijakan yang terkoordinasi sebagian besar telah gagal membendung merosotnya pasar keuangan. Banyak yang mengkhawatirkan resesi global yang mendalam dan lebih banyak investasi yang tumbang.
Baca Juga: Cash is The King, Ini Strategi Menempatkan Dana di Tengah Pandemi Corona
Sebelumnya, RBA telah mengusulkan untuk membeli hingga A$5 miliar obligasi yang jatuh tempo pada Juli 2022, April 2023, November 2027 dan Mei 2028.
Sebagai respons, imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun Australia merosot ke 1,173% dari hampir 1,3% setelah pengumuman pada hari Jumat pagi dan setinggi 1,647% pada hari Kamis. Imbal hasil obligasi tiga tahun mereda lebih lanjut ke 0,3%, tidak jauh dari target RBA yang baru ditetapkan 0,25%.
Sementara Reserve Bank of New Zealand menawarkan pinjaman tiga hingga enam bulan kepada bank sambil memberikan likuiditas tambahan di pasar swap FX untuk memastikan perbankan memiliki akses mudah ke kredit murah.
RBA dan RBNZ juga telah memulai kembali jalur pertukaran dengan bak sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve untuk membantu mengurangi tekanan pendanaan dolar di pasar uang.