Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) secara mengejutkan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 3,85% pada Selasa (8/7), bertentangan dengan ekspektasi pasar yang hampir bulat memprediksi pemangkasan suku bunga.
Keputusan ini langsung memicu lonjakan nilai tukar dolar Australia sebesar 0,8% ke level US$0,6545. Sementara itu, obligasi pemerintah tenor tiga tahun turun 13 basis poin ke 96,58.
Baca Juga: Harga Rumah Australia Naik Lagi di Juni 2025: Perth, Brisbane, Sydney Paling Tinggi
Dalam pernyataan resmi usai rapat kebijakan dua hari, RBA menyebut bahwa mayoritas anggota dewan, enam dari sembilan memilih untuk mempertahankan suku bunga, sementara tiga lainnya mendorong pemangkasan.
Perbedaan suara ini merupakan hal yang jarang terjadi dalam proses pengambilan keputusan RBA.
"Rapat dewan menilai bahwa saat ini lebih tepat menunggu informasi tambahan untuk memastikan inflasi benar-benar berada di jalur penurunan menuju target 2,5% secara berkelanjutan," ujar RBA dalam pernyataan resminya.
RBA juga menyatakan siap merespons kondisi global secara cepat jika perkembangan internasional memiliki dampak material terhadap aktivitas ekonomi dan inflasi di Australia.
Baca Juga: IHSG Stagnan di Level 6.900,6 Sesi I Selasa (8/7), Top Losers LQ45: MAPA, MAPI, INCO
Ekspektasi Pasar Meleset
Sebelum pengumuman ini, pasar hampir sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga menjadi 3,60%, menyusul data inflasi inti (trimmed mean) yang melambat ke 2,4% pada Mei 2025, terendah dalam 3,5 tahun dan berada di bawah titik tengah target inflasi RBA yang sebesar 2%-3%.
Namun, kehati-hatian RBA dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk ketahanan pasar tenaga kerja.
Tingkat pengangguran stabil di sekitar 4,1% selama lebih dari satu tahun terakhir, memberikan ruang bagi RBA untuk tidak terburu-buru mengadopsi kebijakan moneter yang lebih longgar.
Baca Juga: Won Korsel dan Baht Thailand Menguat, Pasar Sambut Peluang Negosiasi Tarif dengan AS
Konsumsi Masih Lesu
Meski RBA telah memangkas suku bunga pada Februari dan Mei, kebijakan tersebut belum berhasil mendorong konsumsi rumah tangga.
Data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 menunjukkan perekonomian Australia nyaris stagnan, dengan laporan penjualan ritel yang terus melemah.
Alih-alih membelanjakan insentif fiskal dan pelonggaran suku bunga, rumah tangga justru memilih menabung.
Hal ini memperkuat pandangan bahwa pemangkasan suku bunga tambahan belum tentu akan efektif mendorong pertumbuhan dalam jangka pendek.
Baca Juga: Pasar Saham Asia Tahan Guncangan Tarif Trump Selasa (8/7), Minyak Melemah Tipis
Dampak Tarif Trump
Keputusan RBA juga datang di tengah ketidakpastian global, menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan tarif baru terhadap sejumlah negara mitra dagang seperti Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia, yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025.
Meski Trump menyatakan masih terbuka terhadap negosiasi lebih lanjut, kebijakan tersebut meningkatkan risiko perlambatan perdagangan global yang dapat berdampak pada ekonomi Australia.