Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - FRANKFURT. Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada Kamis (5/6), sesuai ekspektasi pasar.
Namun, Presiden ECB Christine Lagarde mengisyaratkan bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang sudah berlangsung selama setahun kemungkinan akan dijeda setelah inflasi turun mendekati target 2%.
"Setelah pemangkasan hari ini dan dengan jalur suku bunga saat ini, kami merasa berada dalam posisi yang baik," ujar Lagarde dalam konferensi pers di Frankfurt.
Pernyataan tersebut dipandang investor sebagai sinyal kuat bahwa siklus pemangkasan suku bunga bisa segera berakhir.
Baca Juga: ECB Pangkas Suku Bunga dan Buka Peluang untuk Pelonggaran Lebih Lanjut
Pasar Bereaksi, Proyeksi Pemangkasan Tambahan Terbatas
Sejak Juni tahun lalu, ECB telah memangkas suku bunga sebanyak delapan kali atau total dua poin persentase untuk mendorong ekonomi zona euro yang lesu.
Kini, pasar memperkirakan tidak ada pemangkasan lebih lanjut pada Juli, dan hanya satu kali tambahan kemungkinan pada Desember.
"Saya pikir kita sudah hampir di ujung dari siklus kebijakan moneter yang merespons berbagai guncangan, termasuk COVID, perang di Ukraina, dan krisis energi," jelas Lagarde.
Baca Juga: Trump: Ketua The Fed Jerome Powell Harus Menurunkan Suku Bunga
Ekonom Mulai Bicara Soal Titik Balik
Para ekonom menilai ECB mungkin telah mencapai batas akhir pelonggaran moneter, kecuali terjadi kejutan besar dalam ekonomi global.
"Kami rasa ECB sudah selesai memangkas suku bunga untuk saat ini. Pandangan ini bergantung pada tidak munculnya kejutan negatif baru dan prospek ekonomi yang membaik sesuai proyeksi ECB," tulis tim ekonom Nordea dalam catatan kepada klien.
HSBC juga menilai langkah hari ini sebagai pemangkasan terakhir untuk sementara waktu.
"Pandangan kami saat ini adalah bahwa pemangkasan hari ini kemungkinan yang terakhir untuk beberapa waktu ke depan," kata HSBC.
Baca Juga: Bank of Japan Beri Sinyal Kesiapan Menaikkan Suku Bunga Jika Ekonomi Bangkit
Ketidakpastian Perdagangan Global dan Dampaknya
Salah satu risiko terbesar ke depan adalah ketegangan dagang dengan Amerika Serikat.
Lagarde mengakui bahwa tarif baru dari pemerintahan Presiden Donald Trump berpotensi menekan ekspor zona euro dan menambah tekanan deflasi.
"Penurunan harga energi dan penguatan euro bisa mendorong inflasi lebih rendah," ujar Lagarde.
Namun, ia menambahkan bahwa kenaikan belanja pemerintah dan hambatan perdagangan jangka panjang juga dapat menambah tekanan inflasi dalam jangka menengah.
Baca Juga: The Fed Buka Peluang Pangkas Suku Bunga 2025, Meski Trump Genjot Tarif
Skenario Alternatif dan Tantangan Jangka Panjang
ECB secara tidak biasa merilis skenario alternatif dalam proyeksi terbarunya, mencerminkan ketidakpastian yang tinggi.
Dalam skenario dasar, inflasi diperkirakan akan berada di bawah 2% tahun depan sebelum kembali ke target pada 2027.
Namun dalam jangka panjang, tekanan inflasi bisa meningkat seiring dengan naiknya belanja pertahanan, biaya transisi energi hijau, dan penurunan jumlah tenaga kerja akibat populasi menua.
“Dengan dampak kebijakan moneter yang biasanya tertunda 12–18 bulan, ECB harus berhati-hati agar tidak memberikan stimulus berlebih pada saat ekonomi mulai pulih,” kata Konstantin Veit, Manajer Portofolio di PIMCO.
Ia memperkirakan ECB akan melakukan jeda pada pertemuan Juli dan mungkin memangkas sekali lagi pada September kecuali terjadi resesi.