Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adinda Ade Mustami
KONTAN.CO.ID-VIRGINIA. Chairman Federal Reserve Jerome Powell menegaskan, bank sentral AS tidak akan terburu-buru bereaksi terhadap tarif yang diberlakukan pemerintahan Trump. The Fed juga hati-hati merespons gejolak pasar keuangan di tengah kekhawatiran penurunan ekonomi global.
Powell mengakui, tarif yang ditetapkan Trump kemungkinan akan berdampak signifikan pada ekonomi AS, termasuk mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat dan inflasi lebih tinggi. Namun, ia menambahkan, pejabat Fed akan menunggu kejelasan kebijakan tersebut sebelum menurunkan suku bunga.
"Kewajiban kami adalah menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang tetap terjaga dan memastikan bahwa kenaikan harga satu kali tidak menjadi masalah inflasi yang berkelanjutan," kata Powell di konferensi tahunan Society for Advancing Business Editing and Writing, sebagaimana dikutip Bloomberg, kemarin.
Powell mencatat amunisi bank sentral dapat memperlambat atau merangsang ekonomi. Bank sentral akan memilih salah satu, apakah mengatasi kenaikan inflasi dan atau pelemahan pertumbuhan. Tapi, tambahnya, hal tersebut belum terjadi. Pernyataan ini menunjukkan Powell mungkin lebih condong mendukung perlawanan terhadap inflasi, jika konflik seperti itu muncul.
Baca Juga: Perang Dagang AS-China Ancam Stabilitas Ekonomi Global, Ini Peringatan The Fed
Sementara itu, Julia Coronado, pendiri firma riset MacroPolicy Perspectives, menurut laporan Bloomberg, memperkirakan resesi akan terjadi pada paruh kedua tahun ini. Namun, "The Fed tidak dalam posisi untuk menawarkan jaminan bagi perekonomian seperti yang mereka lakukan di perang dagang 2018 dan 2019, karena inflasi terlalu tinggi dan berada di atas target," kata Coronado.
Ia juga melihat, sekalipun Fed mengakui perlunya pemangkasan bunga, hal tersebut akan dilakukan lebih lambat. Penyebabnya, tingginya inflasi tersebut.
Semakin banyak para ekonom dan pelaku pasar yang kini memprediksi penetapan tarif akan menjerumuskan ekonomi ke dalam resesi. Ini mendorong beberapa pihak meyakini bank sentral AS perlu memangkas suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Ruang terbuka
Sementara itu, beberapa lembaga memperkirakan ruang pemangkasan suku bunga The Fed terbuka semakin lebar untuk mendorong aktivitas ekonomi. Mengutip laporan Reuters, JP Morgan memperkirakan guncangan tarif akan diredam oleh prospek pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Baca Juga: Harga Emas Naik Tipis Ditopang Permintaan Aset Safe Haven dan Kebijakan The Fed
Namun, JP Morgan mempertahankan ekspektasi frekuensi pemangkasan bunga, yakni dua kali pemangkasan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin (bps).
Sementara Goldman Sachs memperkirakan ada tiga kali pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS hingga akhir tahun, lebih banyak dibandingkan ekspektasi dua pemangkasan sebelum pengumuman tarif Trump awal minggu ini. Sedangkan Nomura dan RBC masing-masing memperkirakan satu dan tiga kali pemangkasan suku bunga, dibandingkan dengan ekspektasi tidak ada pemangkasan sebelumnya.
Adapun UBS memperkirakan Fed memangkas suku bunga antara 75 dan 100 bps selama sisa tahun 2025. Citigroup menegaskan kembali perkiraannya tentang pemangkasan sebesar 125 basis poin mulai bulan Mei.
Kemudian, berdasarkan data yang dikumpulkan LSEG, investor memperkirakan penurunan suku bunga Fed sebesar 100 bps sepanjang tahun 2025.