kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   -11,00   -0,07%
  • IDX 6.832   -36,83   -0,54%
  • KOMPAS100 989   -6,96   -0,70%
  • LQ45 759   -5,45   -0,71%
  • ISSI 223   -0,32   -0,14%
  • IDX30 391   -4,30   -1,09%
  • IDXHIDIV20 455   -5,86   -1,27%
  • IDX80 111   -0,73   -0,66%
  • IDXV30 113   -0,84   -0,73%
  • IDXQ30 127   -1,26   -0,99%

Bank Sentral Dunia Kurangi Porsi Cadangan Devisa Dollar AS dan Tambah di Aset Ini


Rabu, 25 Juni 2025 / 04:35 WIB
Bank Sentral Dunia Kurangi Porsi Cadangan Devisa Dollar AS dan Tambah di Aset Ini
ILUSTRASI. This illustration picture taken in Paris shows 100 US Dollar and euro banknotes on December 16, 2025. Photo by Farzaneh Khademian/ABACAPRESS.COM


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - LONDON. Bank sentral dunia kini mempertimbangkan untuk mengurangi ketergantungan pada dollar AS. Sebagai gantinya, mereka meningkatkan dana di emas, euro, dan yuan China. Pergeseran ini didorong gejolak geopolitik global dan fragmentasi perdagangan dunia yang kian dalam.

Laporan yang akan dirilis Selasa (24/6) oleh Official Monetary and Financial Institutions Forum (OMFIF) dikutip Reuters menunjukkan satu dari tiga bank sentral yang mengelola dana gabungan sebesar US$ 5 triliun berencana menambah cadangan emas dalam 1–2 tahun ke depan. Ini merupakan tingkat minat tertinggi terhadap emas dalam lima tahun terakhir.

Survei terhadap 75 bank sentral yang dilakukan OMFIF antara Maret hingga Mei memberikan gambaran awal dampak dari kebijakan tarif "Liberation Day" yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 2 April lalu. Kebijakan ini memicu kekacauan pasar dan pelemahan dolar AS serta surat utang negara AS (US Treasuries).

Baca Juga: GLOBAL MARKETS-Stocks Rise, Dollar Tentative ahead of US-China Talks Outcome

"Setelah bertahun-tahun pembelian emas oleh bank sentral dalam jumlah rekor, kini para manajer cadangan semakin mengandalkan logam mulia ini," ungkap OMFIF.

Dolar, yang sebelumnya menjadi mata uang paling populer dalam survei tahun lalu, kini turun ke peringkat ketujuh. Sebanyak 70% bank sentral yang disurvei menyebut kondisi politik AS sebagai alasan utama mereka menghindari dolar AS lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

Di sisi lain, euro dan yuan China menjadi mata uang yang paling diuntungkan dari diversifikasi cadangan ini. Dalam 12–24 bulan ke depan, 16% bank sentral berencana menambah kepemilikan euro, naik dari 7% tahun sebelumnya. Sementara untuk jangka panjang (10 tahun ke depan), yuan diprediksi menjadi pilihan utama, dengan 30% bank sentral berniat menambah eksposur, yang dapat melipatgandakan pangsa yuan dalam cadangan devisa global hingga 6%.

Tiga narasumber yang rutin berhubungan dengan para pengelola cadangan devisa mengungkapkan euro kini dipandang memiliki peluang untuk memulihkan kembali pangsa cadangan yang hilang sejak krisis utang Eropa tahun 2011. Saat ini, pangsa euro sekitar 20%, dan berpotensi naik ke 25% pada akhir dekade ini.

Max Castelli dari UBS Asset Management menyebut, sejak “Liberation Day”, banyak pertanyaan masuk dari pengelola cadangan yang mempertanyakan apakah status dolar sebagai aset aman (safe-haven) mulai terancam.

"Setahu saya, pertanyaan seperti ini belum pernah muncul sebelumnya, bahkan saat krisis keuangan global 2008," ujar Castelli.

Hasil survei OMFIF menunjukkan, rata-rata ekspektasi untuk pangsa dolar dalam cadangan devisa global pada 2035 adalah 52%, masih terbesar secara global, namun menurun dari posisi saat ini yang sebesar 58%.

Profesor Kenneth Rogoff dari Harvard University dan mantan Kepala Ekonom IMF mengatakan kenaikan pangsa euro bukan semata karena Eropa dipandang lebih menarik, namun karena status dolar yang mulai melemah.

Baca Juga: Indeks Dolar AS Menguat, Tapi Diprediksi Cuma Sementara karena Faktor Ini

Namun, euro hanya bisa benar-benar menyaingi dolar jika Uni Eropa mampu memperbesar pasar obligasinya, yang saat ini masih kalah jauh dibanding pasar Treasury AS senilai US$ 29 triliun, serta memperdalam integrasi pasar modalnya. Presiden ECB, Christine Lagarde, pun telah menyerukan langkah konkret untuk memperkuat posisi euro sebagai mata uang cadangan dunia.

Bernard Altschuler dari HSBC menilai target 25% pangsa global untuk euro dalam waktu 2–3 tahun adalah realistis, jika Uni Eropa dapat mengatasi tantangan struktural tersebut.

Langkah-langkah Eropa untuk mengurangi ketergantungan terhadap AS pun mulai terlihat, termasuk lewat peningkatan belanja pertahanan dan pembiayaan bersama antar negara anggota UE. Jerman, misalnya, telah meningkatkan pengeluaran militernya, sementara UE berupaya menghidupkan kembali proyek integrasi pasar modal.

Lembaga-lembaga investasi publik seperti dana pensiun dan dana kekayaan negara (sovereign wealth fund) yang juga disurvei OMFIF, menempatkan Jerman sebagai pasar maju paling menarik saat ini.

Francesco Papadia, mantan pejabat ECB, bahkan memperkirakan euro dapat mencapai pangsa 25% dalam dua tahun ke depan. Zhou Xiaochuan, mantan Gubernur Bank Sentral China, juga melihat peluang bagi euro untuk memperbesar perannya, namun menekankan bahwa “masih ada pekerjaan rumah” yang harus diselesaikan.

Selanjutnya: Prakiraan Cuaca Hari Ini Jawa Tengah: Semarang, Solo, Purwokerto dan Wilayah Lain

Menarik Dibaca: Promo Genki Sushi Payday's Call 23-30 Juni, 6 Supreme Sushi + 4 Ocha Harga Spesial




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×