kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Bank Sentral Jepang Kemungkinan Menaikkan Bunga Hingga 1%


Kamis, 08 Agustus 2024 / 11:05 WIB
Bank Sentral Jepang Kemungkinan Menaikkan Bunga Hingga 1%
ILUSTRASI. A man walks in front of the headquarters of Bank of Japan in Tokyo, Japan, January 18, 2023. REUTERS/Issei Kato


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Beberapa pembuat kebijakan Bank of Japan (BOJ) bulan lalu meminta bank sentral untuk terus menaikkan suku bunga. Ringkasan pendapat yang disuarakan pada pertemuan tersebut pada Kamis menunjukkan satu diantaranya mengatakan suku bunga pada akhirnya harus berada di sekitar 1%. 

Dewan yang beranggotakan sembilan orang itu juga memperdebatkan risiko kenaikan biaya impor dan kenaikan upah yang stabil dapat mendorong inflasi lebih dari yang diharapkan. Ringkasan tersebut juga menyoroti meningkatnya persepsi dewan BOJ bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut diperlukan.

Pada 31 Juli, bank sentral Jepang menaikkan bunga jangka pendeknya menjadi 0,25%. Kenaikan ini tertinggi dalam 15 tahun, dari kisaran nol hingga 0,1%. BOJ juga berencana untuk mengurangi pembelian obligasi, ini menjadi peralihan penting dari program stimulus selama satu dekade.

Baca Juga: GLOBAL MARKETS-Tech Leads Asia Stock Selloff, Yen Gains in Volatile Week for Markets

Kenaikan suku bunga pada Juli dan komentar Gubernur BOJ Kazuo Ueda yang mengisyaratkan kemungkinan menaikkan suku bunga lebih lanjut menyebabkan lonjakan yen dan berdampak terhadap gejolak pasar global. Bersama dengan itu, Federal Reserve sedang bersiap untuk memangkas suku bunga AS.  

"BOJ harus melanjutkan penyesuaian lebih lanjut terhadap tingkat akomodasi moneter sebagaimana mestinya bahkan setelah kenaikan suku bunga pada bulan Juli. Apalagi jika perusahaan terus menaikkan harga dan upah serta meningkatkan belanja modal," kata salah satu anggota.

Pembuat kebijakan lain meminta BOJ untuk terus menaikkan suku bunga secara tepat waktu dan bertahap karena suku bunga netral Jepang ternyata tidak mendinginkan atau memanaskan ekonomi secara berlebihan. Ringkasan laporan pertemuan tersebut juga menunjukkan jika tampaknya setidaknya harus menaikkan sekitar 1%.

Harapan para pelaku pasar pada Kamis jauh lebih agresif dan kemungkinan komentar Ueda yang menggerakkan pasar. Hanya saja pernyataan Wakil Gubernur BOJ Shinichi Uchida pada Rabu yang mengatakan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat akan kecil justru tak baik bagi pasar.

Menteri Keuangan Shunichi Suzuki pada hari Kamis menolak mengomentari pernyataan Uchida, dan mengatakan dalam konferensi pers bahwa mengenai kebijakan moneter merupakan kewenangan bank sentral.

Ringkasan pertemuan Juli menandai pertama kalinya seorang pembuat kebijakan BOJ, bahkan yang anonim, menyebutkan tingkat tertentu untuk suku bunga netral Jepang.

Ueda telah berulang kali mengatakan sulit untuk menentukan suku bunga netral Jepang, sehingga membuat pasar bertanya-tanya seberapa jauh bank sentral Jepang akan mengetatkan kebijakan. Meskipun BOJ tidak mengeluarkan perkiraan resmi mengenai suku bunga netral, para analis memperkirakan suku bunga akan berada di kisaran 1% hingga 1,5%.

Baca Juga: IHSG Dibuka Terkoreksi 0,31% ke 7.189,46 pada Kamis (8/8), Ikuti Jejak Bursa Regional

Pada pertemuan bulan Juli, beberapa anggota memperingatkan agar tidak menaikkan suku bunga terlalu cepat, dengan mengatakan normalisasi kebijakan tidak boleh menjadi tujuan akhir. BOJ akan melihat tanda-tanda lemah dalam konsumsi. Dua anggota dewan memberikan suara menentang kenaikan suku bunga bulan Juli.

Namun, pembahasan mengenai prospek harga yang difokuskan pada risiko inflasi yang melampaui batas kemungkinan target inflasi tercapai semakin meningkat. "Meski demikian, risiko kenaikan harga perlu diperhatikan, karena semakin banyak industri yang mengalami kekurangan pasokan dan kelebihan permintaan akibat kekurangan tenaga kerja," kata salah satu anggota dewan.

Tekanan kenaikan harga kemungkinan akan terus berlanjut karena kondisi pasar tenaga kerja yang ketat dan kenaikan harga impor akibat dampak penurunan yen.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×