Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
Palang Merah Lebanon berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendirikan kamar mayat karena rumahsakit kewalahan. "Pusat Medis Clemenceau di Beirut seperti rumah jagal, darah menutupi koridor dan lift," ungkap Sara, salah seorang perawat, seperti dilansir Reuters.
Gubernur Beirut Marwan Abboud mengungkapkan kepada penyiar LBC, ledakan tersebut telah menyebabkan kerusakan senilai hingga US$ 5 miliar, dan mungkin lebih, dan tak kurang dari 250.000 orang kehilangan tempat tinggal.
"Ini adalah pukulan mematikan bagi Beirut, kami adalah zona bencana," ujar Bilal, warga Beirut berusia 60-an tahun yang tinggal di pusat kota.
Bagi banyak orang, ledakan itu adalah pengingat mengerikan dari perang saudara 1975-1990 yang mencabik-cabik Lebanon dan menghancurkan petak-petak Beirut, yang banyak di antaranya telah dibangun kembali.
Baca Juga: Ledakan di Beirut, Lebanon, 1 warga Indonesia luka ringan
"Ini adalah malapetaka bagi Beirut dan Lebanon," kata Wali Kota Beirut Jamal Itani kepada Reuters sambil memeriksa kerusakan.
Para pejabat tidak mengatakan, apa yang menyebabkan kebakaran awal di pelabuhan yang memicu ledakan itu. Sebuah sumber keamanan dan media menyebutkan, api muncul dari pekerjaan pengelasan yang dilakukan di sebuah gudang.
Pengemudi taksi di Beirut Abou Khaled menyatakan, para menteri "adalah yang pertama yang harus bertanggungjawab atas bencana ini. Mereka melakukan kejahatan terhadap rakyat negara ini dengan kelalaian mereka".
Distrik Pelabuhan Beirut dibiarkan berantakan, melumpuhkan rute utama Lebanon untuk impor yang mereka butuhkan untuk memberi makan penduduk lebih dari 6 juta orang.
Baca Juga: Pasca ledakan dahsyat, Lebanon tetapkan Beirut sebagai kota bencana
"Dalam skala, ledakan tersebut diperkecil dari bom nuklir dari bom konvensional," kata Roland Alford, Managing Director Alford Technologies, firma bahan peledak persenjataan Inggris, ke Reuters. "Ini sangat besar".