kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.650.000   29.000   1,79%
  • USD/IDR 16.349   90,00   0,55%
  • IDX 7.073   43,40   0,62%
  • KOMPAS100 1.037   7,79   0,76%
  • LQ45 810   -1,46   -0,18%
  • ISSI 212   1,87   0,89%
  • IDX30 422   0,11   0,03%
  • IDXHIDIV20 506   -1,11   -0,22%
  • IDX80 117   0,24   0,20%
  • IDXV30 121   0,19   0,16%
  • IDXQ30 138   -0,30   -0,22%

Begini Kondisi dan Prospek Investasi Properti di Australia


Selasa, 04 Februari 2025 / 22:03 WIB
Begini Kondisi dan Prospek Investasi Properti di Australia
ILUSTRASI. Skye Suites Green Square dan One Global Conference Centre di kawasan Infinity Park, Sydney.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar properti Australia saat ini dihadapkan dengan tantangan di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Tantangan tersebut sejalan dengan yang dihadapi banyak negara-negara lain di dunia. 

Hal itu disampaikan Iwan Sunito, CEO dan Founder One Global Capital. Ia bilang bahwa industri properti di Australia saat ini sedang mengalami kontraksi yang sangat berpengaruh pada kondisi pasar. Hal ini terlihat dari terjadinya pelemahan auction rate di Australia pada awal tahun 2025.

Tingkat penjualan lelang atau auction rate Australia di tahun 2025, diprediksi berada di kisaran menengah, di mana sebagian besar pakar memperkirakan terjadi sedikit pelunakan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Auction rate berpotensi berada di angka rata-rata 55% - 65% secara nasional. Namun, angka ini dapat bervariasi secara signifikan, tergantung pada lokasi spesifik dan kondisi pasar di Australia,” ungkap Iwan dalam keterangannya, Selasa (4/2).

Baca Juga: Okupansi Hotel Milik Iwan Sunito di Sydney Mencapai Rekor

Auction rate 70% ke atas adalah pasar penjual, 60% - 70% menunjukkan pasar normal, sementara 60% ke bawah merupakan pasar pembeli (buyer’s market).

Mengutip riset Savills, pasar perkantoran Hongkong dan China turun hingga 35%, Sedangkan tingkat kekosongan perkantoran di Indonesia yang mencapai 25%, sepadan dengan pasar perkantoran New York, Los Angeles, Jepang, Vietnam, dan Hong Kong.

Hal serupa pun terjadi di Australia. Data dari CoreLogic dan PropTrack menunjukkan, pada Desember 2024, nilai properti hunian di Australia mengalami penurunan bulanan pertama dalam dua tahun terakhir.

Iwan mengatakan, kenaikan biaya konstruksi yang cukup drastis membuat banyak proyek apartemen dikembangkan di luar prime location dibatalkan, sementara pelemahan pasar perkantoran dan industri terjadi di seluruh dunia.

“Meningkatnya biaya konstruksi hingga 30% dalam 5 tahun terakhir, kenaikan suku bunga hingga 3 kali, melunaknya pasar pembeli, serta menurunnya jumlah imigran dari China turut mempengaruhi kondisi saat ini,” jelas Iwan Sunito.

Baca Juga: Kalender Ekonomi Dunia Hari Ini (30 Januari 2025), Setelah FOMC Apa Lagi?

Meski  pasar residential mengalami perlambatan, Iwan mengatakan  pasar dengan konsep branded resorts and residences atau mixed-use mengalami penguatan.

Branded Residences adalah properti mewah yang dikaitkan dengan merek-merek bergengsi. Hunian ini menawarkan kepemilikan properti pribadi dengan layanan dan fasilitas yang biasanya hanya bisa ditemukan di hotel bintang lima.

Ada Peluang di Sektor Perhotelan

Kendati kondisi ekonomi dan pasar properti di Australia menantang, Iwan tetap optimistis. Sebab, menurutnya selalu ada peluang di setiap tantangan, asal jeli melihatnya. 

Iwan melihat sektor perhotelan menjadi alternatif investasi yang seksi sekaligus menjadi sebuah solusi di tengah tantangan yang terjadi.  “Dan hal ini perlu diperhatikan oleh para Investor, khususnya dari Indonesia, yang ingin berinvestasi di mancanegara.” ujarnya. 

Pendapat Iwan Sunito bukan tanpa dasar. Menurut laporan yang dirilis Statista.com, pasar perhotelan Australia diperkirakan akan mengalami tren peningkatan, dengan proyeksi pendapatan sebesar US$ 7,34 miliar pada tahun 2025.

Volume pasar perhotelan diperkirakan meningkat menjadi US$ 8,58 miliar di tahun 2029, di mana tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) pada 2025 – 2029, diprediksi mencapai 3,98%, sedangkan jumlah pengguna bakal menyentuh angka 15,69 juta di tahun 2029.

Baca Juga: Laba Industri China Makin Menyusut

Iwan menuturkan, One Global Capital saat ini tengah fokus menggarap segmen yang potensial tersebut. Perusahaan ini melalui divisi hotelnya akan membawa brand hotel One Global Resorts naik kelas dengan mengusung branded resorts and residences. 

Dalam mengembangkan hotel, One Global Capital hanya fokus di lokasi-lokasi utama, seperti Chatswood dan kawasan CBD Sydney. “Di sini, kami membawa keahlian One Global Capital yang fokus pada produk premium dan desain ikonik, di mana ceruk pasar ini masih sangat baik,” kata Iwan. 

Dia  bilang Hotel One Global Resorts Green Square berhasil mencatatkan kinerja yang sangat baik dalam tiga bulan terakhir. Menurut data STR Global, peningkatan RevPAR (Revenue per Available Room)  hotel itu mencapai 17,5%, sedangkan tingkat okupansinya meningkat 13,1% menjadi 98,3%. Di rentang waktu yang sama, Average Daily Rate (ADR) mencapai AUD 315 atau naik 3,9%.

One Global Resorts Green Square berada di Infinity Square Building, Zetland, sebuah bangunan ikonik  dengan tata letak bentuk melingkar canggih di Sydney. Hotel ini memiliki  akses langsung ke stasiun kereta.

Selanjutnya: Wall Street Dibuka Datar Selasa (4/2), Setelah China Balas Tarif Dagang AS

Menarik Dibaca: Warna Magenta Bikin Rumah Lebih Enerjik dan Indah



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×