Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - LIUZHOU. Beberapa negara, termasuk China terus berupaya mengurangi polusi udara dengan beralih dari kendaraan konvensial ke kendaraan listrik atau dikenal electric vehicle (EV). Berkat upaya tersebut, Liuzhou kini dijuluki sebagai ibu kota mobil listrik di China.
Dikutip dari Bloomberg, Minggu (27/6), Liuzhou disebut sebagai kota penuh ketenangan karena tidak ada kebisingan dari mesin-mesin kendaraan yang biasa terjadi di sebagian besar kota metropolitan dunia.
Alasannya karena hampir 30% mobil yang dijual di Liuzhou pada tahun lalu adalah mobil listrik, menurut data WAYS Information Technology, sebuah perusahaan konsultan yang berbasis di Guangzhou.
Hal ini menjadikan kota berpenduduk 4 juta jiwa itu sebagai ibu kota dengan pasar kendaraan listrik terbesar di dunia. Secara global, penetrasi kendaraan listrik kota ini mengikuti Oslo, Norwegia.
Baca Juga: Panasonic Melepas Saham Tesla senilai US$ 3,61 Miliar
Tidak hanya itu, kualitas udara dan air Liuzhou termasuk yang terbaik di negara yang identik dengan polusi yang mencekik. Ini merupakan bonus tak terduga karena pemerintah kota telah menjadikan Liuzhou sebagai pusat manufaktur kendaraan listrik.
Bekerja sama dengan SAIC-GM-Wuling Automobile Co, penjualan kendaraan listrik menjadi yang teratas selama sembilan bulan terakhir. Bahkan, mengalahkan Tesla Inc yang sempat meluncurkan banyak insentif, dari pengujian ekstensif pengemudi ke parkir gratis dan puluhan ribu titik pengisian, untuk mendorong orang untuk membeli mobil listrik tersebut.
Ini adalah pendekatan yang dapat memberikan cetak biru bagi kota-kota lain di seluruh dunia saat mereka mencoba dan meyakinkan para pengemudi untuk menekan penggunaan bahan bakar gas sebagai upaya memenuhi target emisi yang ambisius.
Dibandingkan China, Jerman dan Amerika Serikat (AS) justru menawarkan subsidi untuk pembelian kendaraan. Namun penjualan masih jauh di belakang mobil konvensional di luar beberapa kantong di wilayah Eropa seperti Norwegia dan Swedia.
Strategi Liuzhou juga dapat menjadi pelajaran bagi pembuat mobil lawas seperti General Motors Co. dan Volkswagen AG, yang menggelontorkan puluhan miliar dolar untuk bertaruh pada bisnis masa depan yakni kendaraan listrik.
Baca Juga: VW akan hentikan penjualan mobil dengan mesin pembakaran di Eropa pada tahun 2035
Menurut data BloombergNEF, kendaraan energi terbarukan ini hanya menyumbang porsi di bawah 4,5% dari penjualan kendaraan penumpang global tahun lalu.
“Pada awalnya, orang memiliki banyak khawatir tentang kendaraan listrik, seperti keamanan atau kenyamanan pengisian daya. Yang kami lakukan adalah memastikan warga merasa nyaman menggunakannya,” kata Gou Yi, wakil kepala di Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional cabang Liuzhou.
Bahkan, orang-orang telah menyadari betapa ekonomis dan mudahnya mobil listrik, dan betapa bersihnya udara kita setelah semakin banyak kendaraan listrik berada di jalan.
Langkah pertama Liuzhou adalah memberikan perhatian besar terhadap penduduk yang khawatir atas penggunaan kendaraan listrik. SAIC-GM-Wuling, perusahaan patungan antara raksasa AS General Motors dan SAIC Motor Corp ini melakukan kampanye uji coba gratis selama 10 bulan pada tahun 2017.
Lebih dari 15.000 orang mengikuti pameran mobil tersebut. Salah satu yang menyita perhatian kehadiran mobil listrik Baojun E100. Melalui uji coba mesin, sebanyak 12.000 pasokan ludes dipesan oleh pengunjung.
Wuling kemudian mempelajari kebutuhan penduduk dan kebiasaan mengemudi dengan menyesuaikan produk Baojun E100 untuk perjalanan harian kurang dari 30 kilometer.
Ini sekitar setengah kapasitas jarak mobil Tesla Model X. Mobil milik Wuling dibandrol dengan harga sekitar US$ 5.000. Alhasil, kehadiran kendaraan ini tidak hanya membantu menurunkan standar kepemilikan, tetapi juga mengurangi biaya operasional seperti asuransi.
Dalam insentif lebih lanjut, pengemudi bisa mendapatkan hadiah uang tunai hingga 1.000 yuan atau setara US$ 160 per tahun untuk mengemudi hingga 10.000 kilometer.