Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MANILA. Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Jumat (30 Juli) menyetujui penerapan tindakan lockdown di wilayah ibu kota Manila, dalam upaya untuk menahan penyebaran varian virus corona Delta dan melindungi sistem medis negara itu.
Wilayah ibu kota Manila, yang terdiri dari 16 kota yang menampung lebih dari 13 juta orang, akan ditempatkan di bawah pembatasan karantina paling ketat mulai 6 Agustus hingga 20 Agustus, menurut juru bicara Kepresidenan Filipina Harry Roque.
"Meskipun ini adalah keputusan yang menyakitkan, ini untuk kebaikan semua," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi, Jumat, seperti dikutip Reuters.
Penguncian, yang diperkirakan akan menelan biaya ekonomi US$ 4 miliar, akan mencegah orang meninggalkan rumah mereka, kecuali untuk belanja kebutuhan penting. Sementara makan di dalam dan luar ruangan dilarang.
"Delta sudah ada di seluruh Metro Manila. Ini intervensi yang tepat," kata Benjamin Abalos, Ketua Dewan Wali Kota Manila, kepada Reuters.
Baca Juga: Cegah varian Delta, Filipina larang masuk pelancong dari Malaysia dan Thailand
Manila berencana untuk meningkatkan vaksinasi dengan memberikan 250.000 dosis sehari, naik dari 150.000 sekarang, Abalos mengungkapkan.
Varian Delta yang sangat mudah menular, pertama kali terdeteksi di India, telah menyebar dengan cepat di sebagian besar wilayah Asia Tenggara.
Perpanjang larangan pelancong dari 10 negara
Filipina juga memperpanjang larangan pelancong yang datang dari 10 negara, termasuk India, Indonesia, Thailand, dan Uni Emirat Arab hingga 15 Agustus.
Sudah berjuang melawan wabah virus corona terburuk kedua di Asia Tenggara, Filipina sejauh ini telah mencatat lebih dari 1,57 juta kasus COVID-19 dan lebih dari 27.000 kematian akibat virus corona.
Baca Juga: Filipina konfirmasi kematian pertama akibat varian delta virus corona
Filipina telah melaporkan 216 kasus varian Delta. Tetapi, para ahli kesehatan mengatakan, mungkin ada lebih banyak kasus yang tidak terdeteksi karena lambatnya urutan genom negara itu.
Gelombang kedua dalam wabah di Filipina memuncak pada April, tapi infeksi mulai meningkat lagi dalam beberapa pekan terakhir.
Dengan hanya 7% dari 110 juta orang di negara itu yang divaksinasi penuh, puluhan juta tetap rentan terhadap COVID-19.
Kebijakan penguncian mendorong investor untuk menjual saham, dengan indeks saham Filipina merosot 3,5% ke penutupan terendah dalam lebih dari sembilan minggu.
Menteri Perencanaan Ekonomi Filipina Karl Chua mengatakan kepada wartawan, penguncian bisa merugikan ekonomi 210 miliar peso (US$ 4,18 miliar), memangkas 444.000 pekerjaan dan meningkatkan jumlah orang miskin hingga 177.000.