kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bernanke menunda, BRIC sumringah


Jumat, 20 September 2013 / 08:22 WIB
Bernanke menunda, BRIC sumringah
ILUSTRASI. Cara Membersihkan Kotoran Telinga Secara Alami


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina

WASHINGTON. Penantian pelaku pasar berakhir sudah. Tak disangka-sangka, Bank Sentral Amerika Serikat (Federala Reserve) membatalkan rencana mengurangi stimulus. Kebijakan Gubernur The Fed, Ben Bernanke yang membatalkan pengetatan stimulus menjadi kado manis bagi investor global.

Lihat saja, bursa finansial seluruh dunia sumringah. Tak terkecuali emerging market. Luka yang menyandera bursa finansial negara berkembang seakan pulih dalam sekejap. Contoh, MSCI Emerging Stock Index mendaki 2,3% ke level 1.023,96 pada perdagangan Kamis (19/9).

Kenaikan ini menghantarkan indeks MSCI ke posisi tertinggi sejak akhir Mei kemarin. Kenaikan ini merupakan yang terbesar dalam perdagangan harian, sejak Mei lalu. Dus, selera investor asing terhadap sontak emerging market membuncah. Derasnya dana asing yang membanjiri emerging market juga berimbas pada penguatan mata uang. Misal, Rupee India menguat 2,7% di level 61,88 terhadap dollar AS.

John Woods, Analis Citigroup Inc di Hong Kong memprediksi, putusan The Fed bakal memicu pembalikan arah emerging market. “Keputusan The Fed mengejutkan. Keputusan ini bagai bailout bagi emerging market," ujar Joseph Dayan, Kepala Riset BCS Financial Group di London, seperti dikutip Bloomberg.

Masih ada risiko

Maarten-Jan Bakkum, Senior Analis ING Investment Management menilai, risiko tetap menghantui emerging market selama ekonomi AS berjalan dalam fase pemulihan. "Stimulus pasti berkurang. Hanya jika ekonomi AS sengat lemah sehingga The Fed dapat menunda pengurangan stimulus lebih lama," ujar dia. 

Stephen Jen, Kepala Riset SLJ Macro Partners LLP di London menilai, risiko pada emerging market masih tetap besar. “Pelemahan emerging market masih berpeluang terjadi di masa mendatang," ujar dia. Ancaman perlambatan ekonomi China dan Jepang menjadi faktor yang terus menghantui prospek ekonomi negara berkembang.

Sekedar menyegarkan ingatan, sejak isu pengetatan stimulus berhembus di akhir Mei, emerging market telah merosot 11%. Mengutip riset EPFR Global, dana senilai total US$ 47 miliar telah terseret keluar dari bursa saham dan obligasi emerging market sejak Mei.

Catatan Hedge Fund Research Inc, dana investor gloal yang mengendap di aset emerging market mencapai US$ 155 miliar dari total portfolio aset global yang sebesar US$ 2,4 triliun. Dalam tempo dua bulan terakhir, nilai aset tersebut merosot 0,8%. Bloomberg mencatat, indeks MSCI telah melesat 111% sejak stimulus mengalir pertama kali pada tahun 2008.
Asal tahu saja, kemarin The Fed menyatakan, stimulus tetap mengucur sebesar US$ 85 miliar saban bulan.

Padahal, konsensus pasar menebak, Bank Sentral AS akan memotong stimulus sebesar US$ 5-US$ 10 miliar. The Fed juga memastikan suku bunga bakal dipatok di level rendah selama tingkat pengangguran di atas level 6,5% dan inflasi rendah. Saat ini, level pengangguran di level 7,3%. Inflasi pun masih 1,5% atau di bawah target The Fed yang sebesar 2%.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×