kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.919.000   13.000   0,68%
  • USD/IDR 16.249   0,00   0,00%
  • IDX 7.047   42,07   0,60%
  • KOMPAS100 1.029   8,11   0,79%
  • LQ45 786   6,95   0,89%
  • ISSI 231   0,98   0,43%
  • IDX30 406   4,77   1,19%
  • IDXHIDIV20 470   5,25   1,13%
  • IDX80 116   1,04   0,90%
  • IDXV30 117   1,12   0,96%
  • IDXQ30 131   1,74   1,35%

Berpartisipasi dalam ajang lomba lari, 21 orang tewas akibat cuaca dingin di China


Senin, 24 Mei 2021 / 06:20 WIB
Berpartisipasi dalam ajang lomba lari, 21 orang tewas akibat cuaca dingin di China
ILUSTRASI. Publik China marah besar terhadap ajang ultramarathon atau lari yang dihelat di provinsi Gansu.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Publik China marah besar terhadap ajang ultramarathon atau lari yang dihelat di provinsi Gansu. Pasalnya, 21 orang tewas ketika cuaca dingin melanda selama ultramaraton dilaksanakan. Publik marah karena kurangnya perencanaan darurat dari pihak penyelenggara.

Reuters mewartakan, lomba lari sejauh 100 km (62 mil) dimulai pada hari Sabtu (22/5/2021) dari daerah yang indah di sebuah tikungan di Sungai Kuning yang terkenal dengan tebing terjal dan bebatuan. Rute ini akan membawa pelari melalui ngarai dan perbukitan di dataran tinggi gersang di ketinggian lebih dari 1.000 meter (3.300 kaki).

Berdasarkan foto yang diposting di akun media sosial, perlombaan dimulai pukul 9 pagi (01.00 GMT) di mana para pelari tampak mengenakan kaos oblong dan celana pendek di bawah langit mendung, di kawasan Hutan Batu Sungai Kuning di Jingtai. Ini merupakan kota yang terletak di sebuah kabupaten di bawah yurisdiksi kota Baiyin. 

Pejabat dari Baiyin pada jumpa pers pada hari Minggu mengatakan, sekitar tengah hari pada hari Sabtu, sebagian pegunungan yang merupakan lokasi dari perlombaan dilanda hujan es. Hujan yang membekukan dan angin kencang menyebabkan suhu anjlok. 

Baca Juga: Tetap sehat dengan saling memotivasi lewat virtual run

"Hujan semakin deras dan deras," kata Mao Shuzhi, salah seorang peserta lari yang saat itu berada sekitar 24 km menuju perlombaan.

Menggigil kedinginan, dia berbalik sebelum naik ke daerah tinggi, karena pengalaman buruk sebelumnya dengan hipotermia.

"Awalnya saya agak menyesal, mengira itu mungkin hanya hujan yang lewat, tetapi ketika saya melihat angin kencang dan hujan kemudian melalui jendela kamar hotel saya, saya merasa sangat beruntung karena saya membuat keputusan yang tepat," kata Mao kepada Reuters.

Baca Juga: Rutin jalan kaki efektif menurunkan berat badan, benarkah?

Menurut media pemerintah, upaya penyelamatan besar-besaran pun dimulai, dengan lebih dari 1.200 penyelamat dikerahkan, dibantu oleh drone pencitraan termal, detektor radar, dan peralatan pembongkaran.

Tanah longsor menyusul cuaca buruk juga menghambat upaya penyelamatan, kata pejabat dari Baiyin.

Sebanyak 172 orang mengikuti lomba tersebut. Hingga Minggu, 151 peserta telah dipastikan aman. Seorang pelari terakhir yang hilang ditemukan tewas pada pukul 09.30 pada hari Minggu, sehingga jumlah korban tewas menjadi 21, media pemerintah melaporkan.

Wilayah Jingtai mengalami suhu paling rendah 6 derajat Celcius (43 derajat Fahrenheit) pada hari Sabtu, dan itu tidak termasuk angin dingin.

Keluar busa pada bagian mulut

Sebelumnya, menurut Administrasi Meteorologi China di Beijing pada Jumat malam, Baiyin - termasuk Jingtai - diperkirakan akan mengalami angin sedang hingga kuat dari Jumat malam hingga Sabtu.

Sebuah laporan terpisah di situs web layanan cuaca provinsi pada Kamis memperkirakan penurunan suhu yang "signifikan" di sebagian besar Gansu - termasuk Baiyin - hingga Minggu.

"Hari sangat panas sebelum perlombaan, dan meskipun prakiraan cuaca mengatakan akan ada angin dan hujan sedang di Baiyin pada Sabtu, semua orang percaya itu akan ringan. Di barat laut China tampak kering," kata Mao kepada Reuters.

Kematian tersebut memicu kemarahan publik di media sosial Tiongkok, dengan kemarahan terutama ditujukan pada pemerintah Baiyin dan ketidakpuasan atas kurangnya perencanaan darurat.

Baca Juga: 5 Manfaat mandi air hangat setelah kehujanan

"Mengapa pemerintah tidak membaca ramalan cuaca dan melakukan penilaian risiko?" tulis seorang komentator. "Ini benar-benar bencana akibat ulah manusia. Bahkan jika cuacanya tidak terduga, di mana rencana daruratnya?"

Pada jumpa pers, pejabat Baiyin membungkuk dan meminta maaf, mengatakan bahwa mereka sedih dengan kematian tragis para pelari dan mereka lah yang harus disalahkan.

"Angin terlalu kencang, selimut termal kami telah robek," tulis seorang pelari di ruang obrolan WeChat tempat Mao berada.

Baca Juga: Ini efek samping dan manfaat sereh untuk kesehatan tubuh

Menurut tangkapan layar yang diambil oleh Mao dari pesan di ruang obrolan, banyak pelari menderita hipotermia dan tersesat dalam angin kencang dan hujan lebat.

"Beberapa tidak sadar dan mulutnya berbusa," tulis pelari lainnya.

People's Daily melaporkan, pemerintah provinsi Gansu telah membentuk tim investigasi untuk menyelidiki lebih lanjut penyebab kematian tersebut.

Selanjutnya: Kiat mencegah dan mengatasi bibir kering




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×