Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pada hari Kamis (10/12) Maroko menjadi negara Arab keempat tahun ini yang sepakat melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.
Dikutip dari AFP, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Maroko dan Israel akan membuka kembali kantor perwakilan di Tel Aviv dan Rabat. Dua kantor tersebut ditutup pada tahun 2000 ketika pecahnya pemberontakan Palestina.
Dalam pernyataannya, Netanyahu menyebut bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini Maroko telah mengizinkan wisatawan Israel untuk datang dan mengizinkan penerbangan langsung ke Israel.
"Saya selalu percaya bahwa hari bersejarah ini akan datang," ungkap Netanyahu.
Baca Juga: Israel akan menerima pengiriman tahap awal vaksin virus corona Pfizer
Normalisasi hubungan diplomatik kedua negara ini juga disambut sangat baik oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang jelang akhir masa jabatannya berusaha semakin keras untuk mendekatkan banyak negara Arab dengan Israel.
Melalui akun Twitter pribadinya, Trump megungkapkan bahwa normalisasi hubungan kedua negara merupakan momen bersejarah dan terobosan besar bagi kawasan Timur Tengah.
"Terobosan sejarah lain hari ini! Dua teman besar kita Israel dan Kerajaan Maroko telah menyetujui hubungan diplomatik penuh - sebuah terobosan untuk perdamaian di Timur Tengah," tulis Trump.
Bukan hanya itu, di hari yang sama Trump juga menandatangani proklamasi yang mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat. Trump menyebut pengakuan tersebut sebagai satu-satunya dasar untuk solusi yang adil dan abadi untuk perdamaian dan kemakmuran yang abadi.
Dengan AS sebagai mediator, Maroko menjadi negara Arab keempat tahun ini yang melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Sebelumnya ada Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sudan.
Baca Juga: Penasihat militer Iran: Israel dan sekutu mencoba memicu perang besar-besaran!
Sejumlah kesepakatan tersebut sayangnya menuai kritik dari banyak pihak, terutama Palestina dan pendukungnya. Dikutip dari Al Jazeera, warga Palestina telah mengkritik kesepakatan normalisasi, dengan mengatakan negara-negara Arab telah membatalkan tujuan perdamaian dengan berdamai dengan Israel sebelum mereka menyerahkan tanah ke Palestina.
Hubungan Israel-Maroko
Sesaat setelah pengesahan normalisasi hubungan, Raja Maroko Mohammmed VI kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam panggilan telepon pada hari Kamis bahwa Rabat mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.
Sang Raja menambahkan bahwa negosiasi antara Israel dan Palestina adalah satu-satunya cara untuk mencapai solusi akhir, abadi dan komprehensif untuk konflik tersebut.
Dari sisi Israel, Netanyahu menyambut baik kesepakatan normalisasi dengan Maroko sebagai "cahaya perdamaian". Ia mengatakan akan ada penerbangan langsung antara negara-negara tersebut dan pembukaan misi diplomatik.
Baca Juga: Ilmuwan nuklirnya dibunuh, Iran janjikan pembalasan pada Israel
Berdasarkan perjanjian tersebut, Maroko akan menjalin hubungan diplomatik penuh dan melanjutkan kontak resmi dengan Israel, memberikan penerbangan berlebih, dan juga penerbangan langsung ke dan dari Israel untuk semua orang Israel.
Maroko sendiri merupakan negara dengan sejarah Yahudi yang panjang selama berabad-abad. Sebelum berdirinya Israel pada tahun 1948, Maroko adalah rumah bagi populasi Yahudi yang besar, banyak dari leluhurnya bermigrasi ke Afrika Utara dari Spanyol dan Portugal.
Saat ini ratusan ribu orang Yahudi Israel memiliki garis keturunan dari Maroko. Hal ini menjadi membuat banyak orang Israel yang menetap di Maroko.
Israel dan Maroko menjalin hubungan diplomatik tingkat rendah selama 1990-an setelah perjanjian perdamaian sementara Israel dengan Palestina. Sayangnya hubungan tersebut diakhiri menyusul pecahnya pemberontakan Palestina kedua pada tahun 2000.
Meskipun demikian, hubungan informal terus berlanjut antara kedua negara. Diperkirakan 50.000 orang Israel melakukan perjalanan ke Maroko setiap tahun dalam perjalanan untuk belajar tentang komunitas Yahudi dan menelusuri kembali sejarah keluarga mereka.